Wadhuh, Jajane Anakku Diodhol-odhol…

Wadhuh, Jajane Anakku Diodhol-odhol…

Jajanan kok kleleran, yo disikat saja. Apalagi orang sekantor ini sedang kemaruk-kemaruknya makan. Nah, gara-gara buntel jajanan ini, Mad Pi'i pun mendapat malu setengah mati. Ra percoyo, rapopo..

Cong Kenek, seorang public relation sebuah perusahaan ternama di Lumajang ini kerap berkunjung ke kantor Mad Pi'i, di bilangan jalan Veteran Lumajang. Saking akrabnya dengan Mad Pi'i, pria keturunan Timur Tengah berhidung mbuangiir ini hampir tiap pekan selalu mampir berkunjung ke kantor Mad Pi'i (yang kebetulan berhidung pesek).

"Biasa, kau kan sohib beratku thoo," tutur Cong Kenek, pada Mad Pi'i. Pagi itu, Cong Kenek tergopoh datang ke kantor Mad Pi'i. Ternyata dia hanya titip kendaraan bermotor, karena akan pergi ke luar kota. Tapi pagi itu kebetulan Mad Pi'i tidak sedang berada di kantor. Mad Pi'i mendapat tugas pagi, sehingga pagi-pagi sekali dia harus segera out dari kantornya.

Namun karena sudah biasa datang ke kantor itu, Cong Kenek tetap nitip kendaraan pada karyawan lain. Sambil naruh kunci kendaraan, dia juga naruh sebuah buntelan, berisi jajanan lengkap yang kelihatan uenakkk tenan.

Tanpa basa-basi, dia lantas meninggalkan kantor itu menuju Surabaya.

"Mad, tadi pagi bapak yang ngguanteng itu (Cong Kenek maksudnya) datang nitip kendaraan sama nitip buntelan ini ke kita," lapor Yu Mie, sekretaris kantor, begitu Mad Pi'i datang.

Mad Pi'i, pria berbodi mblobor yang datang dengan nafas masih ngos-ngosan langsung ijo matanya lihat berbagai camilan yang ada dalam buntelan itu. "Teko-teko, kesel Iha kok kirimi panganan. Kok yo tepaaaakkk bolo sitok iki," pikirnya. "Ayo, sikat wis. Pangan bareng-bareng," ajaknya, sambil membuka bungkusan itu.

Namanya saja karyawan swasta, ada makanan gratis pun persis kayak bebek dibyuk-i makanan. Semua seperti berebut camilan yang uenak tenan itu. "Enak iki. Gurih. Rasanya cetar membahana," seloroh Mad Tasan, sambil nyaruk keripik tempe untuk dibawa ke meja kerjanya.

Mak cling! Keesokan harinya Mad Pi'i dapat SMS dari Cong Kenek. Bunyinya: Cak Pi'i, aku titip buntelan panganan. Kui jajan-e anakku. Simpen sik, ya.

"Moddiaarrrwee," pekik Cong Kenek, dalam hati. Bak disambar geledek, Mad Pi'i kebingungan membalas SMS sohibnya yang masih berada di luar kota itu. Dia memutar otak bagaimana caranya agar Cong Kenek tak tersinggung.

"Eh, sori Pak Cong Kenek. Buntelan-e wis kadhung didodholi kancaku. Dikira wek ku paling," balasnya dengan terpaksa.

Mak Cling! SMS balasan pun datang: Duh, yak opo iki. Ya wis rapopo. Tak tukokne maneh mengko. Mendapat SMS itu, Mad Pi'i tak berani membalas. Baginya, yang penting Cong Kenek nggak marah padanya. "Lha wong panganan wis entek. Dikapakno manehhhh," batinnya, sambil tersenyum kecut.

0 Response to "Wadhuh, Jajane Anakku Diodhol-odhol…"

Posting Komentar