Siang Oke Malam Yes

Tempat Prostitusi di Kabuaran Lumajang, Siang Oke Malam Yes

Benar, di Desa Kabuaran, Kecamatan Kunir juga tak ada lokalisasi. Namun, senyatanya, di Kabuaran tempat prostitusi itu ada. Bahkan, sangat bebas beroperasi. Siang oke, malam juga yes.

Datang siang dilayani. Malam pun di servis. Berbeda dengan eks lokalisasi Dolog yang hanya buka di malam hari. di Kabuaran buka sejak pukul 10 pagi. Para pekerja seks komersial (PSK) yang buka praktik di tempat ini siap dicecap lelaki hidung belang kapan saja.

Tapi, jangan bayangkan tempatnya cukup nyaman. Sebaliknya, semuanya serba minimalis. Dan, jika siang sudah tentu panas dan pengapnya bukan main.

Di Kabuaran juga tak ada ingar bingar music seperti di eks lokalisasi Dolog di Desa/Kecamatan Sumbersuko. Juga tak ada tempat-tempat karaoke. Kalau pun ada suara musik, itu hanya musik yang diputar lewat gadget.

Deretan rumah yang dijadikan tempat beroperasi para PSK di Kabuaran itu lebih cocok disebut gubuk. Dindingnya full dari anyaman bamboo (gedhek). Dan, hanya di kamar-kamar yang dijadikan tempat untuk menerima tamu ditutup kain mengelilingi ruangan.

Tempat prostitusi ini tempatnya memang cukup nylempit. Jika tak biasa ke sana, lumayan sulit menemukannya. Sebenarnya, tempat prostitusi itu ada di jalur Tekung - Kunir. Namun, karena lokasinya yang lumayan nylempit tadi, jadi tak mudah dicari.

Kabuaran sendiri merupakan salah satu tempat prostitusi yang tergolong subur di Lumajang. Tempat perempuan malam mengais rezeki itu bisa dikata terbesar setelah eks lokalisasi Dolog.

Di kawasan tersebut, setidaknya ada lima hingga enam rumah yang berjejer yang dijadikan tempat beroperasi para PSK. Setiap rumah, terdapat warung kecil yang menjual rokok, kopi hingga minuman bersoda. Di sudut lain di kawasan tersebut, beberapa wisma juga berdiri. Tidak berjejer tapi berjauhan satu sama lain. Di rumah-rumah itu, juga dihuni para PSK.

Investigasi Jawa Pos Radar Semeru, tiap rumah yang dijadikan tempat mangkal rata-rata dihuni dua PSK. Tak jelas betul sejak kapan prostitusi itu ada. Yang terang, sudah cukup lama. Dan, para penghuni mengaku sejauh ini aman-aman saja beroperasi di sana.

Kembang Ayu -bukan nama sebenarnya-- misalnya. Dia mengaku sejauh ini dia merasa leluasa bekerja sebagai PSK di sana. Dia mengaku, sejatinya tak pernah bermimpi menjadi PSK. Namun, sejarah rumah tangganya yang kelam membuat dia nekat. Lima kali berumah tangga semua berantakan. "Maaf, saya benci mati (pada laki-laki)," ungkapnya perempuan berparas lumayan cantik tersebut.

Dia mengaku, saat ini sudah mati rasa. Setiap bergaul dengan laki-laki, birahinya lenyap. Dekap erat yang dia berikan, hanya kamuflase. Sejatinya, hatinya berontak, menghujat setiap laki-laki yang menidurinya. "Kondisi ekonomi yang membuat saya demikian. Saya butuh uang dengan cara cepat untuk anak saya," katanya.

Kembang Ayu mengaku sekarang harus menghidupi dua anaknya setelah ditinggal suaminya. "Saya harus menafkahi mereka sendiri," katanya.

Alasan menafkahi anak yang sudah memasuki usia sekolah, Kembang Ayu mengaku terpaksa harus terjun ke dunia prostitusi. Memiliki kenalan seorang germo, menjadikan jalannya lebih lapang. Di sebuah bilik, di Desa Kabuaran, dia merelakan setiap lekuk tubuhnya dinikmati hidung belang. Selain terbelit ekonomi, dendam kepada laki-laki merupakan alasan lain menjadi wanita penghibur.

Tempat yang serba seadanya tak masalah baginya. Yang penting dapat uang. "Ya begini ini kamarnya. Ditutup pakai kain biar nggak diintip.Malu kalau dilihat orang," ucapnya, genit

Kamar Kembang Ayu memang sangat minimalis. Ruangannya sangat sempit, tempat tidurnya pun berukuran kecil. Di pojok kamar, beberapa peralatan rias terpajang di meja. Sebuah kipas angin kecil ada di sana. "Biar nggak suntuk," katanya. Kamar itu, kata Kembang Ayu, tempat penggorengan—istilah lain hubungan badan di tersebut. Banyak laki-laki hidung belang yang menjadi saksi kamar tersebut. "Kita gorengnya disini," katanya.

Kembang Ayu mengaku, jarang sekali menginap di tempat tersebut. Alasannya, tempat tinggalnya tidak terlalu jauh sehingga lebih memilih pulang meskipun malam. "Sekitar jam sembilan disini sudah tutup," katanya. Namun, kata dia, beberapa temannya ada yang tinggal di wisma gedhek tersebut. "Kalau saya takut di sini," katanya.

Soal pengunjung, ternyata lumayan juga. Jawa Pos Radar Semeru yang nyanggong cukup lama di tempat itu mendapati banyak hidung belang keluar masuk. Ada yang sekadar duduk-duduk, ada pula yang minta ditemani para PSK.

Biasanya, para lelaki hidung belang memilih cangkruk di warung-warung kopi yang ada di sana. Warung itu sepertinya memang dijadikan tempat transit bagi para hidung belang. Dari warung itu, mereka bisa melihat-lihat dulu sambil memesan secangkir kopi. Jika cocok, bias dilanjut ke kamar dengan tarif Rp 50 ribu. Aktivitas seperti itu terlihat sejak lepas pukul 10 pagi hingga malam.

Tak ada data resmi terkait dengan berdirinya tempat prostitusi di Kabuaran tersebut. Pemkab Lumajang sendiri menegaskan sudah tidak ada lokalisasi di Lumajang. Memang demikian kenyataannya. Namun, praktiknya tempat-tempat maksiat itu masih tumbuh subur. Dan, Pemkab mengaku tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka beroperasi secara liar. Sementara itu, pada 2011 silam, ada pekerja sosial masyarakat (PSM) yang melakukan pendataan. Kala itu, ada 19 pekerja seks komersial dan 19 wisma. "Itu akhir 2011 kita melakukan pendataan," kata Syaiful PSM di Kecamatan Tekung.

Syaiful mengaku tidak tahu betul data tersebut bergerak surut atau bertambah. Jika ingin data yang valid, dia mengaku perlu untuk dilakukan pendataan ulang. Namun, untuk mengetahui detail pelaku bisnis esek-esek tersebut, dia mangaku susah-susah gampang. "Ada susahnya, juga ada enaknya," katanya berkelakar.

Namun, hasil investigasi Jawa Pos Radar Semeru ada belasan PSK yang beroperasi di sana. Mereka bebas dan liar beroperasi sepanjang hari.

2 Responses to "Siang Oke Malam Yes"