Simalakama Hadapi PSK
Ke kiri salah, ke kanan pun salah. Maju kena, mundur kena. Sungguh memang tak mudah menghadapi menjamurnya tempat prostitusi di Lumajang. Dibiarkan salah, ditindak bisa-bisa timbul persoalan baru yang jauh lebih rumit. Pemkab Lumajang pun akhirnya memilih ekstra hati-hati menghadapi fenomena prostitusi di wilayahnya.
Tak ada tapi ada. Praktik prostitusi di Lumajang konon pernah diakui keberadaanya. Tempatnya ya yang ada di eks lokalisasi Dolog di Desa/Kecamatan Sumbersuko itu. Dan, di era Bupati Lumajang HM Samsi Ridwan ada perintah penutupan lokalisasi Dolog. Setidaknya, itu menjadi bukti bahwa lokalisasi tersebut pernah resmi ada di Lumajang.
Selebihnya, mereka sembunyi-sembunyi. Berpraktik di tempat sunyi. Setahun-dua tahun buka praktik ternyata aman-aman saja. Aparat datang, cukup diselesaikan di bawah meja. Maka, suburlah prostitusi ilegal itu tanpa tersentuh sama sekali.
Ini salah satu cerita Pekerja Sosial Masyarakat (PSM). "Pak Kampung tidak mau mendampingi. Kalau ikut, katanya, sama saja mengakui keberadaan prostitusi itu," kisah Syaiful, aktivis PSM saat melakukan pendataan.
Lain lagi yang disampaikan Imam Suhadi, Kepala Kantor Sosial Lumajang. "Kalau kami masuk ke sana (eks lokalisasi), kami salah," kata Imam Suhadi. Alasannya, pemerintah tidak mengakui adanya praktik prostitusi tersebut. Lumajang bersih dari lokalisasi adalah dalilnya.
Pemerintah Kabupaten Lumajang tak tegas-tegas menyatakan sudah tak ada lokalisasi. Dan memang benar, sudah tak ada lokalisasi yang diartikan oleh masyarakat sebagai kompleks atau tempat pelacuran. Tapi, senyatanya, tempat prostitusi itu tetap ada. Tak ada tapi, ada.
Maka, para Pekerja Seks Komersial (PSK) tersebut dibiarkan begitu saja. Tanpa perhatian dari pemerintah. Upaya penyadaran tidak dilakukan. Apalagi berusaha membujuk mereka untuk berkarya di bidang lain yang lebih terhormat misalnya. "Tidak bisa," timpal Imam.
Di eks lokalisasi Dolog, rumah-rumah yang berderet tidak semuanya adalah wisma. Banyak juga rumah tangga di sana. Pasangan suami istri dengan anak-anaknya, ada di sana. Banyak di antara mereka membuka warung atau toko pracangan. "Banyak juga rumah tangga. Banyak anak-anak juga," kata Rifa'I ketua RT setempat.
Anak kecil dan pelajar di sana hidup berdampingan dengan para PSK. Setiap malam, saat jam belajar, alunan musik dari wisma-wisma hingar bingar. Meski demikian, Rifa'i mengklaim anak-anak itu tak terganggu. Bahkan, anak-anak mereka itu berprestasi.
Setali tiga uang di Asem Telu. Di sana juga banyak dijumpai keluarga lengkap dengan anak-anaknya. Mereka berbaur jadi satu dengan para PSK. Wakil Bupati Lumajang, Drs H As'at MAg sendiri hanya meminta kepada kepala-kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk peduli kepada PSK. "Khususnya instansi yang terkait," ucapnya. Peduli, kata dia, berarti menjaga agar mereka tidak membuka prostitusi baru di Lumajang.
Dia juga meminta agar para SKPD tersebut tidak hanya melihat PSK yang berada di kompleks. Tapi, juga harus dipantau mereka yang buka praktik secara sembunyi-sembunyi. Pernyataan As'at tersebut terkait PSK terselubung.
Disinggung solusi konkret untuk lokalisasi-lokaliasi ilegal tersebut, As'at mengaku masih mempelajari. Langkah apa yang terbaik ke depan. Provinsi, dengan anggaran besar, menurut As'at kesulitan memberantas prosititusi. "Tidak mudah. Apalagi yang di daerah," ungkapnya.
Semua pihak harus bekerjasama agar Lumajang benar-benar bebas dari prostitusi. MUI misalnya, bias bergerak melalui ikatan da'i lokalisasi (ideal)-nya. BAZ, bisa memberikan pinjaman atau bantuan berupa zakat untuk modal produktif mereka. "Tidak bisa kalau hanya (kantor) sosial saja (yang bergerak)," ucapnya. Semua pihak, lanjut dia, harus bahu membahu untuk memberantas prostitusi.
Namun, As'at mengaku, masalah mereka bukan hanya soal ekonomi semata. Namun juga terkait dengan mentalitas. Meski disiapkan anggaran agar mereka berhenti, dia tidak yakin mereka akan mau.
As'at lalu mencontohkan Dolly. Dia menyebut sudah ada bantuan modal usaha bagi para PSK tersebut. Namun, nyatanya mereka tetap saja menolak. "Jangan-jangan, ke 28 PSK Dolog asal Lumajang juga menolak dipulangkan," pungkasnya.
0 Response to "Simalakama Hadapi PSK"
Posting Komentar