Terselamatkan Jurus Pura-Pura Coklek
Cong Kenek ini dikenal, sebagai remaja yang super ndableg, namun juga punya sifat lucu. Ada-ada saja tingkahnya. Saking mbethik-nya, saat melaju di jalan raya dia njungkel setelah nabrak pengendara lain. Dari sinilah kisah itu bermula.
Nduableg, usil, jahil dan seabrek sebutan lain. Itulah sifat Cong Kenek, pemuda lajang asal Rowokangkung yang menjadi lakon kali ini. Namun, sikap itu tertutup oleh sifat Cong Kenek yang suka menolong teman sendiri. Bahkan, untuk mbelani teman sendiri sekalipun, Cong Kenek kerap rela ngutang pada orang lain, agar temannya bisa lepas dari masalah.
Suatu sore, Cong Kenek disuruh bosnya untuk belanja kebutuhan rumah tangga di kota Lumajang. Namanya anak muda Cong Kenek yang sebenarnya jarang-jarang naik motor, suuenengnya minta ampuun. Dia pun boncengan dengan Mat Pi'i, rekannya runtang runtung kemana pun pergi.
Meski yang dinaikinya sebuah motor tua Astrea Prima keluaran 82 dan mesinnya sudah klothekan, Cong Kenek merasa seperti naik Tiger 2000.
Sliyut kanan - sliyut kiri, salip kiri - salip kanan, jalanan seperti miliknya sendiri.
Petaka bermula ketika Cong Kenek melintas di traffic light alias bangjo (abang ijo) di jalan Pelita. Ketika dari kejauhan lampu sudah kerlip-kerlip kuning, Cong Kenek tidak mengurangi kecepatan. Dia justru nggeber gas motornya agar tidak menunggu lampu hijau lagi. "Uhuyyy, gaspol. Conggg..." selorohnya.
Ironisnya, sebuah motor yang ada di depan Cong Kenek siap-siap berhenti di perempatan itu. Karena lampu kuning sudah berganti merah. Tentu saja, Cong Kenek yang berniat terus melaju tanpa behenti di lampu merah itu harus ngerem mendadak.
"Cuiiiiiiiiitttt.... Bruaakkkkk!!!” Astrea tua Cong Kenek akhirnya nyeruduk Mio 2010 milik seorang bapak-bapak. Cong Kenek seakan merasa terlempar dan akhirnya njungkel ke sebuah sungai kecil yang ada di sisi perempatan itu. Sementara Mat Pi'i nyungsep ke rerumputan pinggir aspal.
Untungnya, bapak setengah baya ini tidak menderita luka parah. Hanya saja, motornya yang ringsek berat. Kalau toh diperbaiki, pasti akan memakan biaya banyak.
"Koen iki nguawuurr... Numpak yak-yakaaan. Hayoo... gantinen montorku sampek utuh maneh," tuntut bapak yang diseruduk Cong Kenek itu.
Con Kenek yang masih pringisan menahan sakit melirik motor yang barusan ditabraknya itu. "Matik, aku," batin Cong Kenek. "Motor-e akeh sing pecah. Waduh, duit ko endi iki," lanjutnya.
Korban terus nerocos tak karuan. Pria gendut itu ngomel untuk minta ganti rugi atas kecelakaan itu. Beberapa orang pun mulai mendekati keributan kecil itu, di lokasi kejadian.
Cong Kenekyang masih tetap dlosoran di sungai akhirnya punya akal licik. Diam-diam seluruh kakinya diolesi lumpur sungai. Kemudian dia mengiba-iba Mat Pi'i, agar segera mendekatinya. "Sikilku ceklek, Mattt... tulungono," tangisnya.
Mat Pi'i yang kebetulan hanya luka lecet mendekat, dan membantu rekannya untuk berdiri. Saat memegang kaki, Cong Kenek meronta sekeras-kerasnya.
"Adooohh.. ora isooo. Sikilku ceklekkk," rintihnya lagi, sampai terdengar oleh korban yang barusan ditabraknya itu.
Melihat Cong Kenek seperti orang yang sangat menderita, emosi orang yang ditabrak mulai menurun. Cong Kenek semakin 'semangat' untuk bersandiwara dengan merintih-rintih kesakitan.
"Wis, pak, tinimbang urusan polisi, ndang ngaliho wae. Arek kui (Cong Kenek) tak obatan e dewe... ngko nek urusan pulisi malah ruwet. Kui lho, bocahe putung sikil-e," jelas Mat Pi'i. "Mumpung durung rame, iki mari ngene malah luwih akeh uwong," lanjut Mat Pi'i.
Melihat kondisi itu, korban merasa kasihan bahkan juga agak ketakutan jika berurusan dengan pulisi. Tanpa pamit, dia langsung nuntun sepeda motornya, dan pergi entah kemana.
"Wis, Cong... wonge wis ilang. Ayo ndangg mulihh," kata Mat Pi'i. Cong Kenek buka mata. Lirik kanan, lirik kiri... Ealaaah... ternyata Cong Kenek hanya pura-pura. Kakinya masih utuh. Hanya lecet-lecet kecil di dengkulnya.
"Kelakuanmu, Cong.. Cong" kata Mat Pi'i sambil tertawa-tawa. Kedua remaja itu lalu ngibrit balik ke rumah.
0 Response to "Terselamatkan Jurus Pura-Pura Coklek"
Posting Komentar