Terpaksa Panas-Panas Nyurung Akibat Sok Tahu
Punya mobil pribadi sudah menjadi impian Cong Kenek, 27. Karyawan swasta ini sudah cukup lama mengimpikan mobil pribadi nongkrong di rumahnya. Belum punya garasi, nggak penting. Wong rumah juga masih ngontrak, Sing penting mobil coy!
Uang yang pas-pasan, membuat Cong Kenek hanya bisa membeli mobil bekas. Tahunnya pun lumayan tua. Tapi, lagi-lagi yang penting mobil. Dan, itupun hasil perjuangan yang luar biasa. Termasuk mecicili iklan jitunya Jawa Pos berhari-hari.
Setelah yakin dengan pilihannya, Cong Kenek pun mengontak Mat Tasan. "Wis oleh bos. Ayo berangkat liat mobilnya," katanya lewat telepon. Mat Tasan tanpa pikir panjang langsung mengiyakan. Sebab, dialah sebenarnya yang ngompor-ngompori Cong Kenek agar segera beli mobil. "Wis, omah iku nomor telu. Pertama bojo, kedua mobil, baru rumah," katanya, ketika ngompor-gompori Cong Kenek.
Merasa hasutnya sukses, Mat Tasan semakin bersemangat ketika diajak melihat mobil. Luar kota nggak masalah, Itung-itung nglencer. Maka, kedua warga kampung Jogoyudan Lumajang ini pun sepakat meluncur ke Surabaya.
Cong Kenek yang memang sudah cukup sering ke Surabaya tak banyak kesulitan mencari alamat. Merekapun akhirnya sampai ke rumah si empunya mobil Corolla GL yang hendak dijual itu. Dengan sigap Mat Tasan langsung memeriksa body mobil. Cong Kenek yang merasa tak lebih pintar soal memilih mobil bekas membiarkan saja Mat Tasan yang terus melototi bagian per bagian. "Wis aku percaya awakmu soal body ambek mesine," kata Cong Kenek sambil menepuk pundak sohibnya itu. Mat Tasan langsung acungkan jari jempol.
Sementara Cong Kenek lebih banyak tanya-tanya kelengkapan surat-surat kendaraan. Mulai BPKB, STNK mati atau hidup, sampai pajaknya berapa. Dirasa cocok semua, Cong Kenek pun mulai berani menawar. "Wis bos, pas-nya berapa?" katanya.
Singkat cerita harga pun disepakati. Lumayan, cuma 22 juta. "Wis rejekimu iki Cong. Mobil suip kayak gini cuma 22," kata Mat Tasan. Cong Kenek senyam-senyum sambil duduk jigrang di sebelah Mat Tasan yang kebagian nyetir. Mereka pun meluncur balik ke Lumajang dengan semangat 45.
"Nggak isi bensin San," tanya Cong Kenek. Mat Tasan menggeleng. "Uiriiit pol. Masak sampek Pasuruan jarume nggak mudun blas iki," balas Mat Tasan. Merekapun melanjutkan sendau gurau sambil ngrasani kehebatan mobil bekas tapi barunya itu.
Sampai Probolinggo, Cong Kenek kembali menanyakan soal bensin. Lagi-lagi dijawab uiiriiit sambil mengacung-acungkan jempol. "Jarume nggak mudun blas, tetep Cong. Uiriiit tenan iki. Byuh jan rejeki tenan awakmu oleh mobil kayak gini," kata Mat Tasan sok tahu.
Masuk Klakah, Cong Kenek lagi-lagi tanya bensin. "Nggak ngisi bensin dulu. Kiri jalan itu kan ada pom bensin," kata Cong Kenek. Mat Tasan langsung menggeleng. "Lanjut Lumajang saja sambil istirahat makan Cong. Cari warung sing wueenak. Itung-itung syukuran mobil. Dekat pom bensin Sukodono ada rumah makan," balasnya.
Cong Kenek he eh saja. Mereka terus tancap gas. Mobil tua itu digebernya. Tapi... tepat di depan jembatan timbang Klakah, mobil tiba-tiba mbrebet. Cong Kenek dan Mat Tasan mulai panik. Sejurus kemudian mobil itu mogok. Berulang kali kontak dinyalakan tak juga hidup. "Huaduh Cong... Opok-o mobil iki kok mora-moro rewel. Dari Surabaya ngejos enak saja kok tiba-tiba mati sekarang," kata Mat Tasan.
"Nggak kehabisan bensin?," tanya Cong Kenek. "Enggaaak... Iki mau lho jarume sik tetep di tengah terus. Gak mudun-mudun," katanya sambil menujuk speedometer.
"Lo lo loooh... kok mudun sampek notok ngene. Jarume kok mudun. Tadi waktu jalan masih di tengah. Kok sekarang anjlok wah nggak beres iki," kata Mat Tasan. Cong Kenek yang penasaran langsung melihat speedometer. "Embahmu minggat... iku ngono jarume temperatur Saaaannnn.... iku jarume temperatuuuuuur. Iki lo penunjuk bensine ono ndik kene.. Bensine entek iki," kata Cong Kenek sambil mematikan kontak.
Mat Tasan hanya bisa diam. Dia baru menyadari ketololannya sejak tadi. "Oalaahh... iku mau tibake temperatur toh. Aku gak ngerti," katanya. "Gayamu sok ngerti-ngertio mobil Saaaan... San. Wis ayo mudun," timpal Cong Kenek.
Mereka pun celingak-celinguk cari bensin eceran. Tapi, sejauh mata memandang, tak juga kelihatan penjual bensin. "Wis ayo gantian nyurung ae cari eceran. Kalau nggak nemu ya terpaksa nyurung sampai pom bensin Kedungjajang," kata Cong Kenek.
Alhasil, sambil menahan lapar, mereka berdua pun terpaksa harus gantian nyurung mobil cari bensin eceran di tengah panas terik. Lumayan jauh.... lumayan mandi keringat.
0 Response to "Terpaksa Panas-Panas Nyurung Akibat Sok Tahu"
Posting Komentar