Sigarpun Bulat Masih Menggeliat

Sigarpun Bulat Masih Menggeliat

Tengoklah Lumajang. Hamparan tanah sawah membentang dari ujung ke ujung. Kabupaten Lumajang merupakan kabupaten yang sebagian wilayahnya dipergunakan untuk pertanian. Dari luas wilayah 1.790,90 kilometer persegi, 121.829 hektare di antaranya dipergunakan untuk pertanian. Tak salah kiranya jika pemerintah kabupaten Lumajang memprioritaskan Lumajang sebagai daerah agro pertanian.

Untuk menggenjot hasil pertanian, Dinas Pertanian mencanangkan gerakan yang akronimnya unik. Sigarpun Bulat alias Aksi Gerakan Penggunakan Pupuk Organik dan Benih Unggul Bersertifikat. Program itu bertujuan untuk mengembalikan kesuburan tanah yang kini sudah banyak terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia akibat penggunaan pupuk berlebihan.

Dalam perjalanannya, Sigarpun Bulat yang dicanangkan 15 Desember 2011 itu memang sudah cukup dikenal masyarakat. Namun, masih sebatas dikenal. Senyatanya, masyarakat masih sulit menerapkan aksi gerakan penggunaan pupuk organik. Memang sudah ada yang menerapkan, tapi hanya sebagian. "Masih sangat jauh dari keinginan. Masyarakat masih tergantung dengan pupuk kimia," papar Hery Gunawan, ketua kelompok tani Kali Jambe, Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro.

Dijelaskannya, saat awal disosialisasikan penggunaan pupuk organik, masyarakat di kelompok taninya sempat menerapkan penggunaan pupuk organik. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Mereka kembali menggenjot produktivitas tanaman mereka dengan pupuk kimia. "Masyarakat berpikir jika menggunakan kimia, hasilnya bisa langsung dirasakan. Beda dengan penggunaan pupuk organik," ungkapnya.

Memang, penggunaan pupuk organik tak langsung bias dirasakan dampaknya. Sebab unsur bahan organik dalam tanah sudah sangat berkurang. Perlu proses pengembalian unsur organik yang selama ini terkikis dengan adanya penggunaan pupuk kimia. "Minimal setelah empat musim baru bisa dirasakan dampaknya," papar Hery.

Hal senada juga disampaikan Natalianto Widodo, ketua kelompok tani Sri Jaya asal Desa Sukosari, Kecamatan Jatiroto. Selama ini, dirinya melihat para petani masih urea minded. Petani masih memilih jalan instan karena banyak alasan. Yang menjadi dari alasan mereka kebanyakan karena hasil panen. "Masih sulit mengubah pandangan para petani. Harus ada gerakan dari dua arah. Dari atas dan dari bawah," tegasnya.

Bahkan dirinya sempat melihat ironi saat pupuk langka. Karena terlalu fanatik pada urea, mereka tidak mau menggunakan pupuk lain. "Seperti saat urea tidak ada. Banyak petani yang tidak mau menggunakan ZA meski kandungannya hampir sama," tuturnya.

Padahal jika melihat kadar unsur di dalamnya, keduanya sama-sama mengandung unsure Nitrogen (N). Urea kandungan N-nya 40 persen sedang ZA hanya 26 persen.

Kesadaran itulah yang kemudian membuat penerapan pupuk berimbang terpadu, yang memadukan antara pupuk kimia dengan pupuk organik, tak bias optimal.

Selama ini, kata Natalianto, penerapan demplot yang dilakukan Dinas Pertanian belum bisa mengubah ketergantungan para petani terhadap adanya pupuk kimia. Sehingga, saat pupuk langka, para petani kelimpungan. "jadi tidak cukup dengan gerakan dari atas ke bawah. Harus ada gerakan dari bawah yang langsung mengakar pada petani," paparnya.

Gerakan dari bawah tesebut, lanjut dia, seperti menggugah dan meng-upgrade mentalitas serta kesadaran para petani. Hal ini, lanjut Natalianto, sudah dilakukan oleh kelompoknya. Yakni dengan membiasakan untuk melakukan pengolahan lahan secara organic. "Anggota kami libatkan mulai saat pembuatan pupuk organik," tegasnya.

Untuk mengembalikan unsure organik dalam tanah, dia dan kelompoknya memulai dengan pengolahan jerami. Jerami sisa panen tersebut tak dibakar tapi dicacah lantas difermentasi. Selanjurnya, pemupukan juga dilakukan dengan menggunakan pupuk organik.

Sementara, Paiman, Kepala Dinas Pertanian Lumajang membeberkan bahwa program Sigarpun Bulat merupakan langkah konkrit Pemkab untuk memberikan warisan terbaik bagi anak-cucu. Dia mengakui jika saat ini belum optimal. Namun, hingga menjelang 3 tahun pelaksanaannya, sudah ada beberapa indikasi perubahan.

Dia mencontohkan kandungan bahan organik yang ada di dalam tanah. Jika dulu mayoritas tanah Lumajang memiliki unsur bahan organik 0,65 persen, saat ini di beberapa daerah sudah meningkat. "Sudah ada yang kandungan BO (bahan orgnaik)-nya 2,9 persen," paparnya. Selain itu, penggunaan benih unggul yang bersertifikat diharapkan bisa meningkatkan hasil pertanian. Sehingga produktivitas pertanian di Kabupaten Lumajang bisa meningkat.

0 Response to "Sigarpun Bulat Masih Menggeliat"

Posting Komentar