Semaput Gara-Gara Tas Hijau Juragan

Semaput Gara-Gara Tas Hijau Juragan - Cong Kenek

Cong Kenek kayanya bukan main. Rumahnya mewah. Duitnya berlimpah. Tapi dasar orang ndeso bin kolot, dia ogah ribet-ribet berurusan dengan bank. Sikapnya itu kadang bikin orang geleng-geleng, bahkan semaput.

Namanya juga orang kaya. Mau apa saja tinggal bilang. Bak sulap, sim salabim jadi apa... plakplok plok... Dalam sekejap semua yang diinginkan ada di depan mata.

Akhir bulan kemarin, Cong Kenek warga Randuagung, Lumajang ini sedang ada urusan di Surabaya. Sebagai juragan, dia tak canggung untuk urusan hotel. Maka, dipilihlah hotel paling wah di bilangan Tunjungan. Tapi, sikap ndesit-nya masih sajakebawa.

Begitu dia masuk, kamar hotel yang serba luks itu langsung kehilangan pamor. Ada kolor nangkring di meja. Belum lagi handuk yang pating slengkrah di lantai. Kebiasaan di rumah dia bawa ke hotel itu. Jika di rumah, Yu Tub, istrinya, yang biasa ringkes-ringkes. Tapi ini di hotel, sendirian lagi. Kalau petugas hotel belum masuk dan bersih-bersih... kamar Cong Kenek tak ubahnya kapal pecah. Berantakan.

Sekira jam 8 usai mandi pagi, Cong Kenek mendadak telepon Yu Tub. "Bune, Mat Pi'i suruh nyusul aku di Surabaya. Naik bis saja terus suruh naik taksi ke hotel. Kasih uang cukup. Terus tas hijau yang ada di atas lemari jati kamar itu suruh bawa. Sekarangjuga suruh berangkat. Penting,” kata Cong Kenek panjang lebar.

Tanpa banyak cakap Yu Tub langsung menyiapkan segala sesuatunya dan memanggil Mat Pi'i. Pembantu setianya yang sudah puluhan tahun mengabdi itu tanpa banyak tanya langsung berangkat. Dicangkingnya tas hijau yang diberikan juragannya. "Langsung ke hotel yo, jangan kemana-mana," pesan Yu Tub yang langsung disambut anggukan oleh Mat Pi'i.

Di terminal Minak Koncar, Mat Pi'i langsung masuk bus yang siap berangkat. Tas hijau itupun dia taruh di tempat barang yang ada di atas kepalanya. Dia taruh begitu saja. Dasar Mat Pi'i begitu bus jalan, dia langsung merem sambil ngorok senggar-senggor. Bangun-bangun dia sudah hampir nyampek terminal Bungurasih.

Begitu tiba di terminal, dia langsung naik taksi ngejos ke hotel. Sesuai perintah juragan perempuan. Hanya butuh sekitar 45 menit dia sudah sampai di hotel mewah tempat juragannya menginap. Dia langsung minta antar pegawai hotel ke kamar juragannya itu.

Sejurus kemudian Mat Pi'i sudah tepat persis di depan kamar juragan. "Pinter kowe Pi'i. Ayo mlebu-mlebu. Endi tas sing digawakne Ibumu mau," kata Cong Kenek tanpa member kesempatan Mat Pi'i untuk duduk terlebih dahulu.

Dia langsung menyorongkan tas hijau yang berukuran lumayan besar itu. "Wis bukaken di kasur dihitung jumlahnya. Aku mau mobil baru," kata Cong Kenek.

Begitu resleting tas dibuka, bukan main terkejutnya Mat Pi'i. Bergepok-gepok uang yang tak pernah dilihatnya ada di dalam tas. Tas hijau lusuh yang dia sangka berisi kolor dan kebutuhan sehari-hari juragannya itu. Jadi... tas yang dia taruh dan perlakukan sembarangan selama di bus tadi ternyata berisi lembaran-lembaran ratusan ribu. Bergepok-gepok. Tubuh Mat Pi'i pun langsung gontai. Pandangannya kabur. Dan... sliyuuuttt tubuhnya gontai lalu terjatuh di kasur. Mat Pi'i semaput.

Rupanya, dia syok gara-gara tadi seenaknya saja membawa tas berisi uang ratusan juta itu. "Lha nek ilang lak modiaaarrrr aku. Pitung turunangak bakal iso ngijoli. Duh gusti..... Slameetttt slamet!,” gumamnya ketika siuman.

0 Response to "Semaput Gara-Gara Tas Hijau Juragan"

Posting Komentar