Sales Endog Asin Yang Berbodi Bohay

Sales Endog Asin Yang Berbodi Bohay

Yu Tub dan Yu Mie, dua sejoli yang cuantiknnya minta ampun ini, harus menjalankan praktek lapangan: jualan telur asin. Bermodal wajah nan ayu, dia main tembak saja ke pembelinya. Yang penting telur cepet abis. Namun ketika berhadapan dengan Cong Kenek, jalan kisah kedua gadis ini lain lagi..

Sebagai siswi yang magang di sebuah bisnis penjualan, Yu Tub dengan Yu Mie harus praktek kerja lapangan. Kedua siswi yang cuantik-cantik binti imut-imut ini harus turun sendiri, bagaimana rasanya memasarkan endog asin di konsumen langsung. Kedua siswi asli Senduro ini sebenarnya ngeri dengan tantangan itu. Namun apa daya... semua program harus dilakukan agar dia cepet lulus dan memperoleh sertifikat kepelatihan usaha mandiri di perusahaan yang diikutinya.

"Yo wis, lakoni wae. Mosok ayu-ayu koyok ngene dodolan ra payu. Diesem-i setithik ae mesti lulut," barangkali, batin YuTub. Di siang nan terik itu, kedua gadis itu pun harus menyusuri jalanan kota Lumajang.

Mereka mampir dari rumah ke rumah, untuk menjajakan telur sebakul asin yang jadi targetnya. Tak sampai siang, dagangan telur asin itu pun tinggal separo saja.

Tiba di kawasan jalan A. Yani, Yu Tub dan Yu Mie singgah di sebuah perkantoran swasta. Suasana sepi, namun ada Cong Kenek, salah satu karyawan yang kebetulan masih standby dalam ruangannya.

"Monggo, Mbak, masuuuk," sapa Cong Kenek ramah. Apalagi yang datang dua cewek muda berbodi bohay-bohay.

Setelah basa basi sebentar, Yu Tub dan Yu Mie langsung menceritakan kedatangannya, yakni menawarkan telur asin jualannya. "Aku ditarget perusahaan lho Mas. Masak nggak mesakno," rayunya.

Cong Kenek yang memang berniat akan membantu dua gadis cantik itu, serta merta mengiyakan permintaan dua sales bohay itu. "Oke, saya tak beli empat butir saja. Yang penting aku melu tuku endogmu," kata Cong Kenek (pikiran Cong Kenek mulai nakal: endogku malah gratis kok, Mbak).

"Halah, Mas.. mas. Lha wong endog tinggal 20 butir saja. Mbok dibeli semuanya," Yu Tub terus merayu. Agar target hari itu menjual 50 telur asin bersama Yu Mie segera tercapai.

Dipaksa begitu, Cong Kenek mulai geregetan. Bukan soal berapa rupiah yang harus dia bayar, namun telur sebanyak itu untuk apa? "Sopo sing arep mbiadog endog semeno akeh-e," batin pria yang hobinya mendengarkan lagu-lagu Campursari itu. "Kalau dibeli semua, siapa yang makan, Mbak," jawabnya.

Karena terus dipaksa, Cong Kenek pun mengeluarkan jurus terakhir. "Wis, ngene wae. Aku beli semua telur, tapi langsung sampeyan maem. Berapa butir sampeyan kuat makan. Itu yang tak beli. Kalau sampeyan makan semua, ya semua telur tak beli," tawar Cong Kenek Yu Tub dan Yu Mie saling pandang-pandangan. Karena ingin target segera tercapai, dia mengangguk setuju.

Yu Tub dan Yu Mie pun melahap telur-telur asin itu. Sementara Cong Kenek ongkang-ongkang kaki sambil rokokan, menyaksikan kedua cewek bahenol itu balapan ngemplok telur asin. "Moddiar we.. wong ditulung kok ra ngerti," batin Cong Kenek.

Namun, pria berperawakan tinggi besar ini merasa iba juga melihat kedua cewek itu mulai keseleken. Padahal, masing-masing cewek baru habis empat butir telur saja.

Yu Tub dan Yu Mie diberi segelas air putih. Setelah minum, dia baru ampun-ampun karena tak mampu menghabiskan seluruh telur dagangannya. "Wis, mas, sampeyan bayar delapan butir ini saja. Saya sudah nggak kuat," ujar Yu Mie.

Cong Kenek yang kasihan lantas pun memberi sedikit korting, dia bayar untuk sepuluh telur. "Wis, daganganmu tak beli separo. Lumayan tho. Makane nek dodolan kui ojo mekso. Alon-alon ning kelakon ngono lho. Mbak ayu-ayu kok meksoan," seloroh Cong Kenek.

Yu Tub dan Yu Mie segera pamitan. Setelah agak jauh, Cong Kenek baru cekikikan. "Iki durung endog-ku dhewe sing kok maem," batinnya.

0 Response to "Sales Endog Asin Yang Berbodi Bohay"

Posting Komentar