Puluhan Tahun Pasar Tumpah Ranuyoso Bikin Macet
Pernah terjebak macet di Ranuyoso? Menyebalkan sekali bukan? Ya itulah keadaannya. Acapkali kita tak bisa menahan emosi ketika terjebak macet di Pasar Tumpah Desa Wates Wetan, Kecamatan Ranuyoso. Aktivitas pedagang sejak dinihari itu seringkali mengacaukan banyak agenda orang-orang yang sedang melintas. Lebih-lebih yang belum hafal kondisi di sana.
Kondisi ini sudah puluhan tahun. Para pedagang hasil bumi tidak memperdulikan arus kendaraan. Mereka menjajakan barang dagangan seperti pisang, kelapa, nangka, pepaya, mangga, dan lain sebagainya di pinggir jalan, bahkan sampai memakan badan jalan.
Pedagang tidak segan-segan membuka lapak di bahu jalan. Membuat jalan provinsi itu semakin sempit. Kendaraan yang melintas terpaksa harus melaju pelan. Bahkan, kadang harus rela tak bergerak. "Namanya berdagang, cari nafkah. Ya beginilah," kata Sunaryo salah searang pedagang kelapa yang terlihat mondar-mandir menyeberang jalan.
Jawaban itu terkesan cuek. Seenaknya sendiri. Tapi, ya itulah kenyataannya. Lebih-lebih, yang mereka lakukan itu ujung-ujungnya urusan perut.
Puluhan pedagang selalu menjajakan barangnya dengan cara seperti itu. Jamak kita lihat, dengan seenaknya mereka menaikkan barang dagangan ke kendaraan pengangkut tepat di pinggir jalan. Tak pelak, penumpukan kendaraan pun tidak bisa dihindari. Macet sudah pasti terjadi hingga menjelang siang.
Sejatinya, kondisi ini bukannya dibiarkan oleh petugas. Baik dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Perhubungan (Dishub), dan Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Lumajang dan pasukan TNI kerap kali mengobrak transaksi pasar yang semrawut ini. Tetapi, berkali-kali pula pedagang melakukan perlawanan.
Kucing-kucingan dengan petugas tak jarang terjadi. Ketika ada petugas, pedagang bersembunyi di halaman rumah warga. Ketika petugas lengah, aktivitas perdagangan di tengah jalan raya kembali mereka lakukan. Ujungnya bisa ditebak, para petugas itu dibuat tak berdaya.
Kondisi ini juga sempat menarik perhatian jajaran Muspida. Kapolres dan Dandim Lumajang akhir 2013 lalu sempat menawarkan solusi. Dengan mengalihkan arus kendaraan pribadi melalui jalur arteri. Namun kemacetan masih tetap saja terjadi. Karena di jalur utama pedagang masih menjadi-jadi.
Apa yang menyebabkan kondisi ini berlarut-larut? Ternyata tidak lepas dari ulah para pedagang. Mereka yang tidak memiliki organisasi atau paguyuban pedagang selalu bertransaksi seenaknya di jalur kendaraan.
Kasubag Humas Polres Lumajang, AKP Sugianto menerangkan, ada empat kriteria pedagang yang dari analisa kepolisian sulit dikontrol. Pertama adalah pedagang yang memiliki hasil bumi sendiri. "Barangnya dibawa sendiri naik sepeda motor dijual di pinggir jalan," katanya.
Kedua adalah pedagang pengepul antar desa. Mereka memungut barang dari pemilik untuk ditampung di pinggir jalan lalu dijual. Ketiga adalah pengepul dari luar kota yang mengambil stok barang dengan jumlah besar. Dan terakhir adalah pedagang yang mendompleng arus kendaraan balik.
Keempat kriteria pedagang itulah yang menurut dia menjadi sumber tumpahnya aktivitas jual beli sampai ke tengah jalan. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan cara berdagang seperti ini.
Mantan Kapolsek yang sempat berdinas lebih dari tiga tahun di Ranuyoso ini mengaku pernah melakukan analisa dan kajian penanganan. Juga memberikan arahan solutif pada pedagang. "Tetapi hanya berlaku beberapa pekan. Setelah itu amburadul lagi,” katanya sambil geleng-geleng.
Kapolres Lumajang AKBP Singgamata juga sempat menawarkan solusi. Dia yang langsung mengecek jalur utama tepat berada di depan pasar menyimpulkan perlu menggeser los pasar lebih ke belakang. Tujuannya, agar lahan di bagian luar lebih luas dan pengguna jalan tidak terganggu. Jika itu dilakukan, menurut dia transaksi jual beli harus dilakukan di dalam lahan pasar.
Solusi berikutnya adalah melakukan rekayasa lalu lintas terbatas. Bentuknya adalah melakukan sosialisasi, membuat larangan kendaraan berhenti di depan pasar dan mewajibkan setiap transaksi kendaraan di dalam pasar.
Termasuk truk pengangkut barang dagangan dan truk angkutan lain harus masuk ke halaman. "Agar tidak menghambat laju kendaraan," tambah Kapolres. Pasalnya yang kerap menghambat adalah angkutan barang yang keluar masuk pasar. Selain itu, rekayasa lalu lintas juga akan menerapkan pembukaan jalur alternatif. Di simpang liga selaian pasar akan dibuka jalur alternatif kendaraan pribadi. Agar kepadatan kendaraan bisa berkurang dan hanya ada satu jalur prioritas.
Dengan cara itu, menurut dia, sudah mengakomodir semua komponen. Baik dari pedagang, pembeli, masyarakat umum dan terutama pengguna jalan. Semua akan merasa nyaman, tidak akan ada yang dirugikan.
Lebih kongkret lagi, Singgamata menunjukkan keseriusannya menindaklanjuti hasil survei di pasar tumpah, Ranuyoso dengan cara berkirim surat kepada Bupati Lumajang. Isinya, mengharap rencana penggeseran atau renovasi pasar tumpah segera direalisasikan. Rencana penggeseran menurut Singgamata sudah dirancang Pemkab Lumajang. Hal itu ditunjang dengan lahan milik Pemkab di sekitar pasar. Pasalnya lahan tersebut masih bisa digunakan untuk memperlebar pasar atau menggeser pasar lebih ke belakang.
0 Response to "Puluhan Tahun Pasar Tumpah Ranuyoso Bikin Macet"
Posting Komentar