Ketika Para Rantau Gemas Melihat Lumajang (3)
Banyak gagasan besar dalam pertemuan para rantau yang tergabung dalam Diaspora Keluarga Besar Lumajang (DKBL) kemarin. Tak sekadar disemai, gagasan itu kini mulai direalisasikan.
Sepintas seperti mimpi. Para perantau asal Lumajang yang tersebar di banyak kota itu tiba-tiba melempar ide besar. Membangun bandara, rumah internasional sampai wisata kereta gantung. Sesuatu yang saat ini rasanya serba mustahil. "Boleh orang melihat kami ini mimpi sakit di siang bolong. Tapi, kami bertekad mewujudkannya. Jangan kaget jika nanti benar-benar ada kereta gantung di piket nol. Jangan pula terbelalak jika ada rumah sakit internasional," kata Abdullah Sodik, ketua DKBL serius.
Sodik mengaku, soal potensi alam, Lumajang boleh dibilang di atas rata-rata. Dia mengatakan sudah banyak berkeliling Indonesia bahkan luar negeri.
Ketika dibandingkan, potensi alam Lumajang tidak kalah bagusnya. "Saya pernah melancong ke luar negeri naik kereta gantung tapi bukannya kepuasan yang saya dapat. Pemandangannya biasa-biasa saja. Sementara di Lumajang banyak tempat yang pemandangannya luar biasa," katanya.
Pengalaman itulah yang membuat Sodik dan kawan-kawannya semakin gemas. Maka, timbullah ide besar untuk berkontribusi ke Lumajang. Di antaranya dengan menggagas Lumajang Investment. Lumajang Investment ini nanti merupakan kerja jaringan yang akan dimulai dengan membentuk koperasi. "Koperasi itu nanti hanya embrio," katanya.
Kemudian, mereka nanti akan menarik orang-orang Lumajang yang sukses serta investor untuk bergabung dalam wadah Lumajang Investment tersebut. Fokus utamanya adalah mendorong investasi di Lumajang. "Lewat Lumajang Invesment kami juga berencana membangun rumah sakit internasional," kata Sodik yang asli kampung Jogoyudan ini.
Sodik menilai, saat ini Lumajang belum banyak mengalami loncatan pergerakan ekonomi dan investasi. Setiap tahun pulang kampung, Sodik mengaku dari dulu Lumajang terkesan begitu-begitu saja. Dia mengaku sempat berpikir keras kenapa bisa terjadi. Hingga, diapun berkesimpulan boleh jadi itu disebabkan karena masyarakat Lumajang tidak banyak tuntutan. "Orang Lumajang butuh apa-apa sudah terpenuhi. Artinya nggak perlu repot-repot beli kebutuhan hidup karena tercukupi di sekitar rumah. Mereka merasa sudah cukup," tukasnya.
Kondisi ini berbeda dengan daerah lain, di mana tuntutan hidup sangat tinggi. Sehingga, masyarakat pun bergerak untuk memenuhi tuntutan tersebut. "Itu kesimpulan sederhana saya,” kata pria berkaca mata ini.
Kondisi itu, lanjut Sodik, harus segera diubah. Masyarakat Lumajang harus dibangunkan. Mereka harus digerakkan untuk bersama-sama membangun Lumajang. Warga di perantauan juga harus terlibat. "Ibarat telur, Lumajang ini harus didorong dari dalam. Telur kalau didorong dari dalam pecah keluar ayam, tapi kalau didorong dari luar akan hancur. Makanya, ayo kita sebagai orang dalam bersama-sama mendorong kemajuan Lumajang," katanya.
Dia juga menegaskan, kumpulan orang-orang rantau yang akan membentuk Lumajang Investment ini nggak akan nguthak-athik APBD. "Kami nggak akan ngrusuhi dan nggak akan minta kucuran APBD. Kami tulus ingin andil membangun Lumajang," kata Sodik.
Lewat Lumajang Invesment pula, Sodik mengaku akan menarik sejumlah investor ke Lumajang. Sejauh ini sudah ada pembicaraan. Sinyalnya positif. Hanya, mereka-mereka yang hendak masuk ke Lumajang ini butuh jaminan, utamanya jaminan akan rasa aman. Selama ini, masih ada kabar kurang enak yang diterima para investor tersebut. Mereka masih punya anggapan, investasi di Lumajang masih kurang didukung oleh rasa aman. Masih banyak gangguan. Akibatnya, ketika diajak masuk, mereka kembali ragu. "Padahal, kalau kita tawarkan potensinya, mereka sangat tertarik masuk ke Lumajang," imbuh Sodik.
Karena itulah, dia berharap, ide besar ini juga mendapat sokongan dari warga Lumajang. Sodik menambahkan, sudah saatnya Lumajang berubah. "Ayo kita bergerak bersama. Jangan tunda lagi," pungkasnya.
0 Response to "Ketika Para Rantau Gemas Melihat Lumajang (3)"
Posting Komentar