Meski dengan fasilitas seadanya, prestasi olah raga di Lumajang cukup membanggakan |
Prestasi olahraga Kabupaten Lumajang mulai moncer. Dua tahun terakhir, prestasinya malah melejit menyalip kabupaten/ kota tetangga yang berkategori sedang. Meski, sejatinya untuk urusan anggaran, suplai yang diberikan Pemerintah Kabupaten masih pas-pasan. Bahkan, boleh dibilang relatif masih sedikit.
Indikator kemajuan olahraga di Lumajang ini setidaknya bisa dilihat dari ajang tahunan yang digelar KONI Jatim, yakni Pekan Olahraga Provinsi. Jika tahun 2011 dan 2012 masih terjerembab pada peringkat di atas 30, mulai tahun 2013 lalu prestasi Lumajang lumayan. Sudah bertengger di urutan 13.
Tak banyak kabupaten kecil yang bisa melejit prestasinya. Kabupaten Jember saja masih ada di bawah Lumajang, yakni peringkat 18. Tetangga lainnya, Probolinggo baru mampu menembus peringkat 26.
Hasil ini membuat jajaran pengurus KONI sedikit bisa berbangga. "Karena tidak banyak kota sedang yang bisa menerobos peringkat belasan," kata Pujo Asmoro Hadi wakil ketua KONI Lumajang.
Secara detail, prestasi olahraga Lumajang terus menunjukkan grafik menanjak. Menengok ke belakang, tahun 2007 Lumajang ada di peringkat 29. Kemudian, tahun 2009 sempat meroket di peringkat 11 dan tahun 2011 kembali melorot ke peringkat 18. Dan, tahun lalu Lumajang kembali merangkak naik ada di peringkat 13.
Berbicara soal prestasi, ternyata tidak berbanding lurus dengan pembiayaan yang dialokasikan pada sektor olahraga. Jika Jember digelontor dengan anggaran diatas 3 miliar setahun, ternyata alokasi untuk Lumajang tidak sampai separuhnya. Tahun 2013 lalu, Lumajang hanya mendapat suplai APBD Rp 1,8 miliar. Alokasi anggaran itu sama persis dengan tahun anggaran 2014 ini.
Apa kiat agar prestasi tetap bagus meski anggaran minim? Pujo menerangkan, semua itu buah dari semangat dan loyalitas serta swadaya yang tinggi dari jajaran pengurus dan atlet. Anggaran dikelola dengan prinsip seefisien mungkin. "Penggunaan anggaran kami kontrol betul. Setiap cabor bisa mencairkan anggaran jika ada persetujuan dari KONI. Pertama dicairkan 50 persen sebelum pelaksanaan kegiatan, sisanya diberikan selesainya kegiatan," jelasnya.
Secara detail, Budi Satria Andika Sekretaris Umum Koni Lumajang menerangkan bahwa pihaknya mengelola secara cermat berprinsip efisiensi dan efektivitas. Anggaran tersebut, kata dia, sejak 2013 sampai saat ini dialokasikan hampir 80 persen untuk seluruh cabang olahraga. Saat ini alokasi anggaran yang tersebar pada seluruh cabor adalah senilai Rp 1.377.500.000. Sisanya dikelola KONI Lumajang sebagai operasional sarana prasarana dan SDM.
Paling banyak yang menyedot anggaran menurut dia adalah PSSI Lumajang. "Alokasi untuk PSSI senilai Rp 700 juta sejak tahun 2013. Dengan harapan agar kesebelasan andalan Lumajang bisa menerobos Divisi Utama.
Dengan hasil akhir yang bahwa PSIL Lumajang kandas di pentas Divisi 1, maka alokasi tersebut pada tahun anggaran mendatang pasti akan dievaluasi, "Itu (evaluasi) sudah lumrah terjadi, bukan hanya PSSI yang dievaluasi. Semuanya pasti dievaluasi untuk peningkatan prestasi," jelasnya.
Terlepas dari hasil itu, secara umum Budi menyimpulkan bahwa prestasi olahraga Lumajang tidak mengecewakan. Dalam dua tahun terakhir memiliki grafik yang menanjak tajam. Jadi, anggaran yang diperuntukkan pembinaan atlet menurut dia juga patut ditingkatkan. Minimal sebagai reward kepada prestasi yang berhasil direbut tahun ini.
Andalkan Fasilitas Serba Guna
Prestasi olah raga Lumajang ternyata diraih dengan segala keterbatasan. Tak hanya urusan anggaran, tapi juga sarana prasana pendukung. Masih serba pas-pasan. Bahkan, selama ini atlet banyak mengandalkan fasilitas serba guna milik Pemkab Lumajang.
Sampai saat ini, sedikitnya tercatat ada delapan sarana yang menjadi jujugan para atlet Lumajang untuk berlatih. "Tapi, tidak ada satupun dari fasilitas itu yang menjadi aset KONI Lumajang," ungkap Pujo Asmara Hadi Wakil Ketua KONI Lumajang. Bahkan, beberapa di antaranya adalah hasil swadaya masyarakat sekitar. Terbangunnya fasilitas latihan itu tidak lepas dari perhatian warga untuk mengoptimalkan gedung maupun tempat yang kosong.
Adapun fasilitas serba guna milik pemkab yang sampai saat ini menjadi andalan berlatih antara lain adalah Stadion Semeru Lumajang termasuk kawasan sekitarnya. Dia menyebutkan di stadion tidak hanya untuk sepakbola, tetapi juga untuk atletik dan aktivitas olahraga lain seperti senam.
Yang memprihatinkan, klub sepak bola andalan Lumajang, PSIL, harus menyewa jika hendak menggunakan stadion ini. Konon, besaran ongkos yang harus dikeluarkan PSIL mencapai Rp 1 juta setiap bulan. Sementara di kawasan depan stadion sebelah barat juga digunakan untuk latihan olaharaga basket, tenis, voli dan kegiatan lain. Sedang jika malam hari, kawasan stadion sebelah barat digunakan para Pedagang Kaki Lima (PKL) untuk berjualan dan permainan anak-anak.
Fasilitas serba guna lainnya adalah GOR. Tempat ini, menurut Budi Satria Andika, Sekretaris KONI Lumajang, kerap jadi latihan dan even basket dan bulutangkis. Tetapi sering juga digunakan kegiatan cabor lain. Seperti senam, tinju, silat maupun kegiatan di luar olahraga seperti lomba kesenian.
Khusus untuk tenis, lapangan di alun-alun seringkah juga diguankan untuk menempa atlet. Ini lagi-lagi karena masih terbatasnya fasilitas olah raga di Lumajang. Sedang untuk cabang olah raga renang, sering memanfaatkan kolam renang di jalan veteran. Meski kerap jadi tempat berlatih dan even renang, tetapi fasilitas ini paling banyak dikomersilkan.
Selain fasilitas serba guna milik Pemkab itu, sebenarnya juga ada fasilitas khusus. Tetapi itu semua berangkat dari swadaya masyarakat. Seperti joglo gotong royong untuk latihan Taekwondo dan padepokan depan polsek kota untuk berlatih silat. Juga ada ring tinju yang baru tahun 2013 lalu diresmikan warga dan pengurus cabor tinju.
Fasilitas lain diluar kegunaan latihan adalah Balai Kesehatan Olahraga (BKOR). Fasilitas ini menjadi penting karena digunakan untuk mengecek kebugaran jasmani dan rohani atlet sebelum dikirim keluar daerah untuk bertanding. Hanya saja, fasilitas ini, lanjut Budi, juga bukan milik KONI. Melainkan milik Pemkab melalui Dinas Kesehatan. "Jadi sebelum atlet berangkat keluar daerah, dilakukan cek kebugaran di BKOR," terangnya.
Bukan hanya fasilitas untuk atlet. Fasilitas untuk KONI juga setali tiga uang. Kantor KONI saat ini hanya bisa menumpang di kawasan stadion Semeru Lumajang. KONI menumpang untuk bisa menggunakan kantor dalam waktu yang tidak ditentukan. Dengan demikian, kondisi ini, kata Budi, perlu disikapi agar mendapat perhatian khusus dari pemerintah kabupaten. Mengingat tidak ada satupun aset KONI yang benar-benar dikelola untuk atlet Lumajang.
0 Response to "Prestasi Olah Raga Kabupaten Lumajang Melejit Meski Dana Melilit"
Posting Komentar