Nilai Raport Jeblok, Gagal Bersandiwara Lagi

Cong Kenek - Nilai Raport Jeblok, Gagal Bersandiwara Lagi

Takut dimarahi orang tuanya, Cong Kenek yang nilai raport SMA-nya jelek minta tolong orang lain untuk mengambil raport di sekolah. Tapi, apa masalah lantas selesai? Ternyata urusan ini kian runyam!

Musim raport-an telah tiba. Cong Kenek, salah satu siswa yang dikenal cukup ndableg, menunggu saat-saat pembagian raport itu dengan perasaan penuh deg-deg serr. "Aduhh, yak opo nek raportku jelek. Pasti Ebes ngomel-ngomel maneh," batin siswa asal Ditotrunan, Lumajang Kota ini.

Benar saja, ketika mendapati pengumuman lisan soal nilai raport, dua mata pelajaran Cong Kenek anjlok. Pelajaran Kimia dan Fisika mendapat nilai 4. Padahal, nilai mata pelajaaran lain lumayan bagus. Nilai sejarah suipp. Bahasa Inggris lebih suip. "Aduh, tenan Koen," batin Cong Kenek.

Dia makin gelisah, ketika mendapat pengumunan dari wali murid, jika raport harus diambil orang tua sendiri. Inilah yang membuat dia tak bisa tidur semalaman. Cong Kenek memutar otak, bagaimana caranya agar bisa lepas dari amarah orang tuanya dengan nilai yang jeblok itu.

"Kok tumben, sekarang raport harus diambil orang tua. Apa gara-gara nilai yang jelek ini, ya," batinnya, dalam hati. Mikir sana-mikir sini, akhirnya Cong Kenek dapat akal untuk mengelabuhi orang tuanya.

Paginya, dia mencari Mat Pi'i, tukang becak yang biasa jadi langganan orang tuanya. "Lek, enjuk tulung. Apekno raport-ku nang sekolahan," pintanya, pada Mat Pi'i.

"Lho, laopo kok dudu Bapakmu dewe?," tanya Mat Pi'i. “Wis talah, gak sah kakean protes. Iki ongkos-e," jawab Cong Kenek sambil memberikan beberapa lembar fulus untuk 'honor' pada Mat Pi'i. Melihat lembaran duit, Mat Pi'i langsung manut. "Oyiii..beress," sahut Mat Pi'i. "Tapi, pean kudu macak style. Iki nang sekolahan, Lek. Nyoh klambine bapakku gaween," kata Cong Kenek.

Pagi itu, Mat Pi'i yang tukang becak pun macak mboys. Baju batik dimasukkan ke dalam celana warna item yang agak komprang. Nglawer kedodoran dikit tak apa-apa. Tapi hari itu Mat Pi'i berpenampilan lain dari biasanya. Belum lagi sepatu nggilap warna item yang kelihatan agak kebesaran.

Setelah rambut disisir piyak kiri, Mat Pi'i pagi itu bertindak sebagai wakil Mat Tasan, ayah dari Cong Kenek. Mat Pi'i tampil ke sekolah mengambil raport milik Cong Kenek.

Memang, Mat Pi'i kelihatan ngah-ngoh. Untungnya sang wali murid tak banyak tanya soal sikap Mat Pi'i yang 'aneh' ini. "Oalaaah... Bapakne ngah-ngoh koyok ngene, turunan-ne yo ngah-ngoh. Makane raport-e jelek," mungkin batin sang wali kelas, sambil memberikan raport Cong Kenek.

Di luar kelas, Cong Kenek puas melihat sandiwaranya itu berjalan sesuai skenarionya. Disambutnya Mat Pi'i dengan perasaan lega. Namun apa yang terjadi? Ternyata begitu ketemu Cong Kenek, Mat Pi'i malah ngomel-ngomel padanya. "Yak opo koen iki, Cong! Bijimu kok 4 kabeh iki yak opo. Aku isiiiiinn," kata Mat Pi'i, meninggi.

"Stttt.... Ojo rame-rame. Ayo ndang mulihhh," ajak Cong Kenek, yang tersipu-sipu malu pada wali murid lainnya. "Koen iki dudu Bapakku, laopo nyeneni aku," pikir Cong Kenek lagi. Mat Pi'i tetep ngomel-ngomel di perjalanan pulang. Cong Kenek hanya diam. Guemeess setengah mati.

Masalah bukan selesai sampai di situ. Sampai di rumah, Mat Tasan, ayah Cong Kenek, kebingungan sepatu yang akan dipakainya hilang. Tahu dipakai sepatu bawa Mat Pi'i, dia menginterogerasi tukang becak itu. "Lha kulo namung manut Cong Kenek lho, pak," jawab Mat Pi'i, seperti tak berdosa.

"Moddiaarr aku," pekik Cong Kenek dalam hati. Sandiwara itu akhirnya bocor kowor-kowor. Cong Kenek dimarahi habis-habisan. Sejak hari itu juga, Cong Kenek juga di-strap oleh orang tuanya sendiri. Kuapok, koen!

0 Response to "Nilai Raport Jeblok, Gagal Bersandiwara Lagi"

Posting Komentar