Ketika Para Rantau Gemas Melihat Lumajang (4-habis)
Niat baik para rantau asli Lumajang untuk ikut membangun kota asalnya tidak bertepuk sebelah tangan. Pemerintah Kabupaten Lumajang siap memfasilitasi Diaspora Keluarga Besar Lumajang (DKBL) untuk menanam investasinya.
Sikap terbuka itu ditunjukkan dengan kehadiran seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam acara silaturahim DKBL kemarin, tak tanggung-tanggung dikomandani Sekkab Lumajang Buntaran Suprianto, para kepala dinas, badan, dan kantor menyempatkan diri datang jauh-jauh dari Lumajang ke Surabaya akhir pekan kemarin.
"Gagasannya bagus. Kami sangat mendukung," ucap Buntaran Suprianto. Dia lantas me-review beberapa poin penting yang ingin digagas DKBL. Di antaranya pembangunan RS Internasional, lapangan terbang (lapter), dan kereta gantung di Piket Nol yang akan direalisasikan lewat Lumajang Invenstment.
Buntaran mengatakan, semua gagasan tersebut sangat baik untuk perkembangan Lumajang ke depan. Namun, ada beberapa hal yang harus menjadi prioritas dari beberapa gagasan tersebut. "Rumah Sakit Internasional kayaknya perlu diprioritaskan," kata mantan Kepala Dinas Kesehatan tersebut.
Bahkan, Buntaran mengaku siap memfasilitasi dan membantu perizinan jika DKBL sudah siap untuk mendirikan RS Internasional di Lumajang. Sebab, keberadaaan RS tersebut disebutnya merupakan kebutuhan mendesak di Lumajang. "Soal lahan nggak usah khawatir. Berapa yang diminta kami bisa siapkan," katanya.
Selain RS Internasional, Buntaran menegaskan, pengembangan pariwisata di Lumajang perlu mendapatkan support para rantau itu. Tak perlu muluk-muluk membuat kereta gantung di Piket Nol. Yang remeh temeh dan langsung bisa dilakukan saat ini adalah membantu promosinya. Lumajang, kata Buntaran, memiliki potensi wisata yang luar biasa. Hampir semua kecamatan yang ada memiliki unggulan wisata. "Jadi, kalau mau masuk ke Lumajang, dijamin nggak akan kecewa," katanya.
Dia juga sempat menceritakan keberadaan B-29. Destinasi wisata baru itu, lanjut Buntaran, memiliki kekuatan yang luar biasa yang tak dimiliki daerah lain. "Tempatnya lebih tinggi dari Bromo. Jadi kalau mau lihat sisi lain Bromo ya dari B-29 ini. Dan ini punya Lumajang," katanya.
Buntaran tak henti-hentinya mempromosikan puncak B-29 itu. Dia juga menyebut ada sensasi luar biasa ketika kita naik ke B-29. Yakni, ibarat berada di atas awan. "makanya kami juluki wisata di atas awan. Mari yang sudah ada ini diprioritaskan," ungkapnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten (Bappekab) Lumajang, Indah Amperawati Masdar juga menyambut baik gagasan DKBL itu. Hanya, dia berharap ide-ide besar itu disinkronkan dengan kondisi yang ada. Soal bandara misalnya. Dia mengatakan, hal itu belum menjadi prioritas Lumajang. Bahkan, dalam rentang waktu 10 tahun ke depan masih sulit direalisasikan.
Alasannya, Kabupaten Jember sudah mempunyai bandara yang sudah mendapat persetujuan dari menteri perhubungan dan saat ini sedang dalam proses operasional. "Jarak Lumajang-lember sangat dekat. Sejauh ini dalam rencana tata ruang belum belum diperlukan," ungkapnya. Mungkin, 20 tahun lagi, ketika ekonomi sudah berkembang pesat, bandara tersebut bisa dibangun di Lumajang.
Indah menambahkan, pemerintah tentu menyambut baik rencana para rantau yang sukses di luar tesebut. Pengembangan wisata, kata dia, bisa menjadi pintu masuk untuk pembangunan di Lumajang. "Kami berharap Diaspora mau berinvestasi dengan menggarap beberapa potensi di Lumajang. Yang paling menarik adalah di bidang wisata," ungkapnya.
Hanya saja, kata dia, Dispora harus all out. Sebab, nilai investasinya juga besar. "Salah satu yang disampaikan ketua Diaspora adalah kereta gantung di Piket Nol," imbuhnya. Ide tersebut, kata Indah, sangat luar biasa. Karena kawasan tersebut masih perawan maka diperlukan anggaran yang cukup besar. Infrastruktur sebagai penunjang utama akan menyedot banyak modal.
Lumajang disebutnya juga mempunyai B-29. Destinasi baru ini, lanjut dia, saat ini sedang booming dan menjadi ikon baru wisata di Lumajang. Meskipun otoritas pengelolaannya ada di tangan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), namun investor tetap bisa masuk dengan cara membangun infrastruktur penunjang, seperti hotel dan resto.
0 Response to "Ketika Para Rantau Gemas Melihat Lumajang (4-habis)"
Posting Komentar