Maaf, Saya Kira Sampean Tadi....
Pede dan sok akrab sih boleh-boleh saja. Tapi, kalau keterlaluan ya ini akibatnya: malu berat di dapat. Maunya bikin kejutan eh malah terkejut sendiri.
Siapa yang tak kenal dengan Cong Kenek, 45. Warga Ditrotrunan ini terkenal sangat familiar. Supel habis. Tawanya yang meledak dan ngomongnya yang ceplas-ceplos itu yang membuat banyak orang mudah akrab. Selain itu, Cong Kenek terkenal royal. Nggak itungan.
Suatu ketika, Cong kenek panik bukan kepalang. Apalagi kalau bukan gara-gara kerjaan kantor. Sebenarnya, Cong Kenek sejak awal sudah berupaya agar kerjaannya itu beres dan bisa diselesaikan awal-awal. Tapi, mendadak dia ada acara padat. Timbullah siasat delegasi. "Toh, aku punya anak buah," begitu pikirnya.
Dia panggilnya Yu Tub, stafnya di kantor. Bla... bla bla... dia delegasikan tugas itu ke Yu Tub. "Pokoknya ntar kerjakan sampai beres ya. Nanti malam harus tuntas," katanya. "Siap laksanakan," timpal Yu Tub.
Cong Kenek pun mantab. Namun, tepat pukul tujuh malam, mendadak bb-nya berbunyi. "Cong mana kerjaanya kok belum ada di mejaku. Ayo tak tunggu di kantor pusat,” Cong Kenek pun segera menelepon Yu Tub. Jeder... Cong Kenek spontan menepuk jidat. "Kok nggak kamu taruh di mejaku," katanya.
Ternyata, oleh Yu Tub kerjaan itu diserahkan ke rekannya yang kebetulan punya laci dan dianggapnya cukup aman untuk menyimpan. "Maksud saya biar dokumen-dokumen itu nggak hilang saya suruh naruh di lacinya Yu Tub Pak," kata Yu Tub.
"Iya, tapi masalahnya ini lacinya dikunci rapat. Ya udah biar aku ke rumahnva Yu Tub," kata Cong Kenek.
Celakanya, Yu Tub ini meski sudah karyawan lama, tapi nggak banyak teman kantor yang tahu rumahnya. Lebih celaka lagi, HP nya malam itu sudah off. "Huaduuuh.... " gerutu Cong Kenek. Setelah berburu informasi ke teman kantornya, akhirnya didapatlah ancar-ancar rumah Yu Tub. "Wis pokoknya dekat alun-alun belakang kantor bank itu ada gang, masuk aja... nanya-nanya paling juga ketemu ntar," sarannya.
"Wis ayo nggak usah banyak komen, kamu ikut," kata Cong Kenek sembari menggeret lengan Mat Tasan. Mereka berdua pun meluncur ke rumah Yu Tub. Karena sama-sama nggak tahu persis lokasinya, mereka pun terpaksa harus tanya ngalor ngidul dulu. Dan, setelah bersusah payah beres juga.
Cong Kenek yang kadang tingkahnya suka nganeh-nganehi mulai pasang aksi. Dia ketok pintu cukup keras. Sejurus kemudian, pintu rumah Yu Tub pun terbuka. Cong Kenek langsung berusaha memberi kejutan. Tangannya maju dengan telunjuk siap mengarah ke muka tuan rumah.
Lhaaaaaa..... Mantap sekali telunjuk Cong Kenek mengarah lurus ke muka si empunya rumah. Tapi.....yaampuunnnn..... bukannya Yu Tub yang membuka pintu. Cong Kenek langsung blingsatan. Matanya langsung menoleh ke Mat Tasan. Telunjuknya langsung mengkerut, mlungker. Cong Kenek yang selalu terlihat gagah dan sumringah jadi loyo. Dengkulnya seolah sudah nggak kuat lagi menahan tubuhnya.
Melihat itu Mat Tasan hanya bisa ketawa terpingkal-pingkal. Bahkan, melihat Cong Kenek yang semakin ga gu, Mat Tasan semakin tidak bisa menahan tawanya. Dia pun hanya bisa menempelkan tubuhnya ke tembok sambil tetap tertawa terpingkal.
Benar, ternyata bukan Yu Tub yang membuka pintu tadi. Tapi kakaknya yang bernama Yu Nah. Perempuan berkaca mata itu hanya bisa melongo melihat tingkah kedua laki-laki di depannya. Cong Kenek pun hanya bisa bilang, "Ma... ma...mbak., maaaf, saya kira sa... sampean tadi eyyy Eeyyu Tub...."
Mat Tasan semakin tak kuasa menahan tawa. Tubuhnya terus berguncang-guncang. "Hua ha ha ha haaa......" Rasaiinn!
0 Response to "Maaf, Saya Kira Sampean Tadi...."
Posting Komentar