Kisah Pasangan Eko Romadhon & Henni Irowati

Pasangan Eko Romadhon & Henni Irowati

Istriku, Sekretarisku


Taman di bibir sebuah sungai di Kelurahan Ditotrunan RT 3 RW 5 itu asri banget. Bunga-bunga tumbuh dengan subur, dengan kelopak merah merekah. Sementara gemericik air sungai dibawahnya, mengalir dengan lancar. Suasana begitu nyaman. Apalagi airnya bersih, tak tampak kotor seperti air sungai umumnya.

Di taman nan asri itu, seorang lelaki separuh baya bersama seorang perempuan sedang asyik bersenda gurau di atas jembatan sungai karamba. Keduanya tampak mesra. Layaknya 'pacaran' keduanya juga asyik menikmati pemandangan.

Pasangan nan mesra ini adalah Muhammad Eko Romadhon dan Henni Irowati. Keduanya adalah pasangan suami istri yang rutin menjenguk kelestarian karamba di areal itu.

Eko Romadhon dan Henni Irowati sudah tak asing lagi bagi warga sekitar. Pasangan ini adalah penggerak Lingkungan Asri di Kelurahan Ditotrunan. Gara-gara kedua pasutri ini, kekompakan warga sekitar mulai terbangun, tak sedikit prestasi berhasil diraih, bahkan hingga level nasional!

Diantaranya adalah Kampung Bebas Narkoba, Kampung Asri Nasional, dan Kampung Pengelolaan Sampah serta Kampung Karamba terbaik nasional. Dalam penilaian Adipura kemarin, kelurahan ini juga menyumbang poin sebagai kampung yang mampu mengelola sampah menjadi pupuk dan kerajinan.

Nah, prestasi itu salah satu bukti konkrit peran keduanya. Keduanya begitu kompak menggerakkan warga untuk menjaga lingkungan agar tetap asri. Eko menggarap konsep dan membangun komunikasi di level pemerintahan, sementara Henni Irowati membangun kekompakan lewat ibu-ibu PKK dan Darma Wanita.

Siapa sejatinya kedua sosok itu? Rupanya bukan pasangan sembarangan. Ternyata pasangan ini pernah meraih penghargaan sebagai Juara I Keluarga Harmonis tahun 2008 tingkat kabupaten dalam Bulan Bhakti Gotong Boyong Masyarakat (BBGRM).

Juga pernah menyabet Juara Keluarga Harmonis pada Hari Keluarga Nasional (Harganas) di tahun yang sama. Bahkan pernah masuk nominasi 10 besar Keluarga Harmonis Nasional. "Bukan penghargaan lho yang kami cari," ungkap Eko Romadhon ketika bersama istrinya di kawasan karamba itu.

Siapa Eko Romadhon? Pria ramah ini adalah warga asli Lumajang. Lelaki kelahiran 13 Desember 1966 itu melewati masa kecilnya dengan sekolah di SDN Citrodiwangsan III Lumajang, lalu ke SMPN 1 Lumajang dan SMAN 1 Lumajang.

Eko melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Diponegoro Semarang. Pasca sarjananya ditempuh di PSDM Ilmu Pemerintahan Unair Surabaya. Program Magister Manajemen UPN Veteran Surabaya dan Program Doktoral Universitas Airlangga Surabaya.

Ketika lulus S1, Eko sempat mengambil peluang masuk sebagai pegawai negeri di Sekretariat Negara (sesneg). Namun peluang itu tidak dioptimalkan dan memilih bekerja sebagai karyawan Bank di Semarang dan membangun usaha. Bersama Henni Irowati yang sudah dinikahi, dia memiliki rumah di Semarang.

Baru sejak 1999, Eko kembali ke Lumajang merintis usaha dan melanjutkan kuliah pascasarjana. "Saya balik ke Lumajang karena tuntutan keluarga. Di Lumajang mulai berdagang minyak tanah, tanki, dan bertani di sawah," katanya.

Selama berkiprah di dunia usaha, Eko tidak mengabaikan dunia akademis. Dia juga mengajar di salah satu perguruan tinggi yang ada di Lumajang. Bahkan studinya terus berlanjut dengan sejumlah prestasi yang diraih.

Diantaranya, adalah penganugerahan Satya Lencana Seroja dari Kepala Staf TNI AD tahun 1994, lalu penganugerahan Dharma Satya Sad Warsa 1994.

Di dunia olahraga, Eko juga melejit dengan off road-nya. Dia sukses meraih penghargaan pertama pada Djarum Super Adventure Offroad 4x4 kategori lokal di Jember tahun 2008.

Apa yang membuat Eko cukup berprestasi di hampir segala bidang? Ternyata peran sang istri cukup dominan. Henni Irowati, menurutnya, sangat berpengaruh terhadap karirnya. Istri yang dikenal sejak masa kuliah itu selalu mendukung peran-perannya hingga sukses seperti sekarang.

Perhatiannya yang berlebih membuat segala kebutuhan Eko dalam berbagai bidang selalu dipenuhi. "Setiap saya butuh data apa, istri saya menyediakan, sampai urusan kenaikan kepangkatan saya, semua diurus istri saya. Jadi istri saya ini persis sekretaris pribadi saya," katanya.

Kepercayaan yang diberikan sang istri tidak pernah disia-siakan. Begitu juga dengan perhatian yang diberikan setiap saat keluar kota. Apalagi jika bepergian dalam kondisi sakit. Setiap hari dihubungi lewat telepon. "Baru berhenti menghubungi jika sudah bisa dipastikan kondisi saya sehat betul," selorohnya.


Anggap Tantangan Bukan Rintangan


Pasangan Eko Romadhon dan Henni Irowati memang sudah dikaruniai dua orang anak. Yakni Hehahero Tesar Ashidiq yang lahir pada 3 Februari 1977 dan Hehalhafizh Naufal Virsaces yang lahir 25 Agustus 1999. Tapi. Sampai saat ini romantisme hubungan keduanya masih terlihat.

Misalnya, untuk aktivitas yang biasa digeluti perempuan, Eko sedia turun tangan membantu istrinya. Demikian juga sebaliknya. Termasuk, ketika Eko Romadhon bergelut di tanjakan dalam kegiatan off road. "Istri saya juga ikut. Lama-lama istri saya tidak takut tantangan juga." katanya.

Bagi pasangan ini tantangan bukanlah rintangan. Apapun yang tantangan yang dihadapi, selalu mereka anggap bukan rintangan yang berarti. Mulai dari urusan pekerjaan, hobi sampai urusan menggerakkan lingkungan.

Terbukti, pada penanganan sampah, pasangan ini ternyata sukses menjadi pengelola Bank Sampah di Ditotrunan. Eko yang kini berperan sebagai Ketua RW 5 memudahkan dia menggerakkan warga. Begitu juga dengan Henni sebagai ibu-ibu PKK sukses mendongkrak semangat kelompok masyarakat terutama ibu-ibu.

Hasilnya, dengan perangkat yang mereka miliki, mereka sukses mengolah sampah di kelurahannya. Yang organik diolah menjadi pupuk, dan yang anorganik diolah menjadi kerajinan. "Dalam sebulan, pendapatan kelompok kerajinan berbahan dasar dari sampah bisa lebih dari Rp 1 juta sekarang ini," katanya.

Bukan hanya urusan lingkungan, Eko juga banyak sukses dalam dunia akademis atas anggapan tantangan bukan rintangan. Tak heran jika saat ini dia sudah bergelar doktor. Semua itu kata dia hasil dari banyaknya tantangan yang dianggap bukan rintangan.

Tantangan bukan rintangan juga diberlakukan dalam urusan menata keluarga dan membina kedua anak mereka. Tidak jarang pasangan ini menganggap anak-anak mereka adalah tantangan yang harus ditaklukkan dengan cara melakukan pembinaan keluarga secara kompak.

Begitu juga dalam mengelola kerukunan warga sekitar. Jabatan sebagai ketua RT 3 selama tiga tahun dan menjadi ketua RW 5 selama delapan tahun membuat pasangan ini sukses menaklukkan tantangan.

Meski begitu, Eko yang kini juga menjadi Ketua Dewan Pendidikan Lumajang ini dikenal warga sebagai sosok yang sederhana. Kesehariannya sangat akrab dengan tetangga dan juga pandai mencari cara untuk menggerakkan warga dalam menjaga kebersihan. "Niatnya adalah untuk menjaga kerukunan dan kelestarian lingkungan," jawabnya.

Niatan itu muncul ketika melihat kondisi di lingkungannya kotor. Tahun 2000, dia melihat banyak kotoran dan kondisi sungai yang sangat memprihatinkan. Warga sering membuang sampah sembarangan di sungai yang membuat lokasi sungai padat penduduk itu kotor dan kumuh. Dengan waktu yang bersamaan, aktivitas MCK juga dilakukan di lokasi sungai Kalitemi terusan sungai Sumbersuko itu.

Sebagai seorang ketua RW, kemudian muncul keinginan untuk membersihkan lokasi sungai atas dasar kesadaran pribadi masing-masing warga. "Awalnya memang sulit, tetapi perlahan cara yang saya lakukan diterima," ujarnya dengan kalem saat berada di pinggir sungai Kalitemi.

Penyelenggaraan lomba memancing menjadi salah satu cara yang efektif dan membuat warga tergugah untuk membersihkan lingkungan pinggir sungai.

Tanpa disadari, cara yang dilakukan bertahun-tahun itu sangat diterima. Dan warga merasa kondisi itu menjadi kebutuhan. Kebutuhan untuk menjaga kesehatan dan menghindarkan diri dari penyakit, serta kesadaran untuk melestarikan lingkungan pemancingan. Eko juga menyambungkan aspirasi warganya kepada pemerintah.

Yang kemudian muncullah kerjasama dengan Dinas Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum (PU), Dinas Perikanan dan dinas-dinas terkait. Bangunan di pinggir sungai mulai digarap. Tempat pemeliharaan ikan berupa karamba juga dibangun warga, serta taman-taman di sekitar lokasi sungai mulai ditata oleh warga. Akhirnya kawasan sungai kumuh itu jadilah asri seperti saat ini.

Kesadaran menjaga kebersihan itu akhirnya menggeliat di lingkungan warganya. Sehingga, pria kelahiran Lumajang, 13 Desember 1966 ini berani memberikan larangan sosial kepada warganya untuk tidak membuang sampah semabarangan, tidak MCK di sungai, dan membudidayakan pemeliharaan ikan di pinggir sungai dengan karamba. "Dan sekarang warga sudah tahu semua aturan di kawasan ini untuk menjaga kelestarian lingkungan," tegasnya, menjelaskan kondisi warga.

Dengan kondisi itu, tak jarang berpestasi kebersihan berhasil direbut. Eko selalu mengajak warganya turut serta dalam setiap kejuaraan. Hasilnya, mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten hingga kelas nasional diikuti dengan hasil memuaskan.

Paling menonjol adalah juara I Budidaya Karamba terbaik se Jawa Timur tahun 2006, dan penghargaan Swastisaba Wistara yang menjadi penghargaan Presiden bidang Kota Sehat tahun 2007 dan 2009. Serta juara II Nasional Budidaya Ikan Nila dengan nama penghargaannya Adi Bakti Mina Bahari Nasional tahun 2009.

0 Response to "Kisah Pasangan Eko Romadhon & Henni Irowati"

Posting Komentar