Kalo Ini Alphard Kotak Milik Simbah Namanya...
Nggak ada loe, nggak rame. Acara kondangan Cong Kenek siang itu benar-benar heboh. Dia bersama teman-temannya harus ber-ngeri-ngeri ria sepanjang perjalanan menuju lokasi. Menikmati Alphard milik Mat Tasan.
Ceritanya, Cong Kenek, 55, yang karyawan senior itu sempat bingung ketika dapat undangan. Warga asli Lumajang yang kini sedang bertugas di Jember itu nggak ngerti mau naik apa. Acaranya penting. Yang datang para pejabat bahkan ada pak bupatinya lagi. "Waduh Bondowoso lumayan jauh masak mau naik motor sendirian. Bisa amburadul semua nanti dandananku," batinnya.
Akhirnya, dia SMS ke temannya. Dia bermaksud nunut karena biasanya sejawatnya itu membawa mobil jika ada acara-acara penting. "Nanti bareng Mat Tasan bos, rame-rame ke Bondowoso. Njenengan nanti dihubungi." Balasan SMS itu membuat Cong Kenek lega.
Benar saja. Belum sempat HP dia taruh Mat Tasan sudah menelepon. "Sampean siap-siap ya nanti rame-rame ke Bondowoso naik Alphard. Jangan lupa lo ya, seragam pake batik semua. Nanti semua ngumpul di rumah Mat Pi'i. Sampeyan tak jemput saja,” ujar Mat Tasan.
Bukan main girangnya Cong Kenek. Tadinya cuma sekadar cari nunutan, sekarang malah dapat Alphard. Seumur-umur dia belum pernah naik mobil tunggangan bos-bos itu. Dia pun segera macak sebisanya. "Wuih.. naik Alphard, Rek ...," gumam Cong Kenek sambil mesam-mesem. Girang bukan kepalang.
Ditunggu-tunggu, Mat Tasan tak juga datang. Ditelepon nggak nyambung. Tak sabar dan khawatir ditinggal, Cong Kenek pun memilih meluncur naik motor ke rumah Mat Pi'i. "Paling-paling ini naik Alphard-nya Mat Pi'i. Hebat Rek, Mat Pi'i sudah ganti Alphard mobilnya." Cong Kenek ngoceh sendiri.
Sampai di rumah Mat Pi'i, dia longok garasinya. Tak ada Alphard nongkrong. Garasinya kosong. "Paling masih dibawa keluar Alphard-nya," batin Cong Kenek.
Ngumpul dengan teman-temannya yang sudah lebih dulu datang, Cong Kenek tak berani menyinggung Alphard itu tadi. Dia lebih suka ngobrol ngalor-ngidul bicara yang lain. "Mana ini Mat Tasan. Sudah jam sembilan nggak juga datang. Jangan-jangan Alphard-nya mogok," kata Mat Drai. "Iya, jangan-jangan kita nanti malah nyurung dijalan," timpal rekan lainnya yang sedari tadi juga sudah harap-harap cemas menunggu Mat Tasan.
Cong Kenek tak curiga. Dia kira teman-temannya itu sedang bergurau, mengolok-olok Alphard baru milik Mat Pi'i yang sedang dibawa keluar oleh Mat Tasan. Selang beberapa waktu kemudian Mat Drai berteriak. "Ayo ayo.. Alphard-nya wis datang," katanya.
Dia pun langsung berlari ke dekat pagar. "Nggak usah masuk nanti nggak kuat nanjak, mogok malah repot," lanjutnya. Rumah Mat Pi'i memang agak tinggi sehingga jika mau masuk mobil harus menanjak dulu.
Cong Kenek hanya melongo. Dia nurut saja ketika teman-temannya mengajak masuk mobil butut itu. Suasana pengap dan panas langsung menyergap. Kursi belakang kijang kotak keluaran 1980-an itu Cuma sebaris. Terpaksa, mereka pun umpet-umpetan. "Ayo wis cepet masuk Alphard. Depan diisi dua belakang empat. Itu ada dingklik kecil dipakai saja," cerocos Mat Tasan.
"Aduh Rek... tak kiro Alphard temenan. Jebule mobile simbah ngene," ujar Cong Kenek.
“Bukan Alphard ini pak, tapi Pajero alias panas njobo njero," timpal Mat Tasan.
Harapan Cong Kenek naik Alphard pun tinggal mimpi. Pagi itu dia harus rela menikmati perjalanan bukan dengan AC super sueejuk dan dentuman musik yang sudah dibayangkan sedari tadi. Tapi, irama kriyat-kriyet khas mobil butut dan angin mbrobos sembarangan yang bikin rambut kocar-kacir harus dia terima. Sudah begitu rasa was-was tak bisa dicegah. Yang khawatir mogok lah, khawatir rem mobil nggak beres lah..
Apa boleh buat... Cong Kenek dengan teman-temannya pun berusaha menikmati perjalanan. Sendau gurau terus bersahutan. Tapi, sejatinya bukan sendau gurau yang penuh rasa riang. Mereka kompak sedang mengusir waswas yang amat sangat.
0 Response to "Kalo Ini Alphard Kotak Milik Simbah Namanya..."
Posting Komentar