Aku Waras, Aku Ora Ediaan, Caaakkk
Selelah ditinggal mati istri tercintanya, sikap Cong Kenek berubah 180 derajat. Inilah yang membuat risau teman-temannya. Namun teman-teman ini dibuat ngakak oleh sikap Cong Kenek sendiri.
Cong Kenek, warga Tekum berusia 35 tahun itu dikenal sebagai orang yang banyak omong. Tipikal periang inilah yang membuat karyawan sebuah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Lumajang ini banyak disukai teman-temannya.
Dia suka membanyol. Ditambah bodinya yang lucu yakni gendut dan botak separo. Wistalah... liat perawakannya saja dijamin orang sudah banyak yang tertawa.
Tapi, sikap Cong Kenek berubah setelah Yu Tub, istri tercintanya meninggal dunia karena komplikasi penyakit. Setelah kabar duka inilah, Cong Kenek jadi agak pendiam. Termasuk, ketika cangkrukan di Kedai Prapto, sebuah lesehan liberal yang terdapat di kawasan Toga kota Lumajang.
Mat Pi'i, sohib akrabnya, jadi agak canggung melihat perubahan Cong Kenek ini. "Kate tak sopo, iyo nek dhong atin ne. Ne ora .. refot iki," kata Mat Pi'i, pada Mat Tasan. Mereka bertiga memang ibarat tiga sekawan. Kemana-mana selalu pergi bersama.
Perilaku CongKenek kian menjadi-jadi, ketika dia mulai suka tertawa-tawa sendiri. Dengan mengenakan topi andalannya (untuk nutupi botak separo di kepalanya), Cong Kenek sering duduk sendiri di pojok warung tersebut. Kadang serius, kadang tertawa sendiri.
"Aduh, jangan-jangan......," Mat Pi'i tak berani meneruskan ucapannya. "Jangan-jangan edian ngono?," tanya MatTasan. "Iyo, jangan-jangan konslet pikir-e" jawab Mat Pi'i.
Keduanya mulai rasan-rasan. Namun tak berani menegur langsung pada Cong Kenek karena takut tersinggung. Mat Pi'i dan Mat Tasan membiarkan Cong Kenek asyik dengan dunianya sendiri. “Wis, ben talaahh.. ngko lak mari-mari dhewe," batinnya. Cong Kenek hanya senyum-senyum sendiri.
Namun kian hari Cong Kenek kian parah. Dia mulai tertawa-tawa keras! "Aduh, konslet pikiran tenan iki," kata Mat Pi'i. Kedua sahabat itu lantas memberanikan diri mendekati Cong Kenek.
"Sakjane, opa sih sing kok pikir, Cong. Wis talaaah.. bojomu wis bahagia di alam sana. Rasah dipikir jeru-jeru. Di ikhlasno wae," tanyanya dengan logat Jawa yang medok.
Mengetahui dua temannya ngajak ngobrol, Cong Kenek melepas headset dari telinganya. "Opo Lik... aku kok kiro edian tah. Aku ora edian, lik. Sik waras. Iki lhooo, ngrungokne ludruk cik lucune," jawab Cong Kenek.
Bak disambar petir, kedua sahabat itu kaget bukan kepalang. Ya malu, ya ingin tertawa, pokoknya macem-macemlah yang ada dalam hatinya.
Namun, tak lama kemudian keduanya tak mampu menahan tertawa terbahak-bahak. "Oalah Cong, Cong. Ngrungokno ludruk tibakno. Lha kok sampek mesam-mesem dhewe, trus ngguyu-ngguyu dhewe. Tak kiro wis konslet," selorohnya. He he heee.
0 Response to "Aku Waras, Aku Ora Ediaan, Caaakkk"
Posting Komentar