Pasangan Ali Muslimin dan Jamilah
Keterbatasan fisik tak membuat Ali Muslimin jengah. Justru, kelemahan ini memacunya untuk bisa membuktikan bahwa dia juga mampu.
Menempati rumah sederhana di Desa Tukum Kecamatan Tekung, Ali Muslimin bersama Jamilah, istrinya hidup bahagia. Untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, tokoh berusia 51 tahun Ini menjalankan usaha pabrik snack.
Di sela-sela kegiatan pabriknya, Ali Muslimin yang memiliki keterbatasan pada tangan kanan ini masih menyempatkan diri untuk melakukan kegiatan sosial. "Sejak bujangan dulu, saya susah aktif. Ini untuk menginspirasi kawan-kawan lainnya yang difabel seperti saya," katanya.
Sejak muda, alumni SLTA Islam Lumajang ini memang dikenal sosok yang gigih. Keterbatasan fisik tidak menjadikannya minder. Bahkan saat menempuh pendidikan di SMA dahulu, Muslimin tak mau ketinggalan ikut kejuaraan.
"Saya pernah menjadi atlit renang dan voli. Bahkan sampai bertanding di tingkat povinsi," katanya.
Pada setiap kejuaraan, baik lari maupun renang bagi difabel, dirinya selalu menyelipkan harapan untuk menang. Sebab Muslimin ingin menunjukkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi kaum difabel untuk meraih sukses.
Akhirnya, pada perlombaan lari jarak menengah, dirinya berhasil menyabet juara. Sementara untuk kategori renang difabel, juga sempat juara.
Ada pengalaman yang menarik saat Muslimin menekuni renang difabel. Karena dirinya juara, saat itu sebenarnya dia dapat peluang mengikuti kejuaraan ke luar negeri untuk difabel. Namun, karena cacat tubuhnya tidak termasuk dalam kategori kejuaraan itu, dia pun urung terpilih. "Persyaratan untuk mengikuti lomba itu adalah harus cacat amputi. Sementara, cacat tubuh saya tergolong cacat tubuh lain atau disebut catu lain," katanya.
Dia sempat berpikiran minta tangannya diamputasi sekalian. Sebab sebagai anak muda waktu itu, ambisi untuk tampil di keluar negeri sangat tinggi.
Kenekatan Muslimin muda tidak setuju orang tuanya. Mereka tidak mau melihat anaknya menderita. Karena itulah karir renang Muslimin yang ingin tampil ke luar negeri kandas.
Namun jiwa sosialnya saat melihat sesama difabel (orang yang diberi fisik kurang sempurna) mendorongnya untuk keliling Indonesia dengan memakai sepeda onthel. "Tepatnya saat itu tahun 1986," ujarnya.
Muslimin punya misi, keliling Indonesia untuk dapat bertemu dengan kaum difabel atau disabilitas di berbagai pelosok negeri. Untuk mewujudkan itu dia konsultasi dengan KONI Lumajang.
Niatan itu sempat terdengar oleh Bupati Lumajang pada waktu itu (Karsid). Namun kepala daerah tidak mau mengeluarkan surat ijin. Sebab, berpikir bahwa perjalanan itu akan memberatkan Muslimin.
Namun tekad bulatnya membuat Bupati luluh. Muslimin menjelaskan, bahwa rencana perjalanan itu merupakan hal yang asik baginya. Selain itu, memang dirinya bercita-cita ingin bertemu dengan pada disabilitas lainnya di daerah lain.
"Saya akhirnya diberi ijin. Bahkan Bupati Karsid membelikan membelikan sepeda baru untuk melakukan perjalanan itu," paparnya.
Berangkatlah Muslimin untuk keliling Indonesia. Berbagai kalangan penyandang disabilitas dia temui. “Saya ingin memotivasi mereka. Karena Allah pasti memberikan kelebihan di balik kekurangan seseorang," paparnya.
Perjalanannya keliling Indonesia itu dilakoninya hingga 1989. Selama kurang lebih tiga tahun, Muslimin berhasil menaklukkan Pulau Jawa, Sumatra hingga pelosok Kalimantan.
Sejak berkeliling ke daerah-daerah terpencil itulah Muslimin kian mantap terjun ke dunia sosial utamanya dengan kaum difabel.
Sampai pertemuannya dengan Jamilah, yang masih tetangganya sendiri, mengantarkannya hingga ke kursi pelaminan. Akhirnya kedua mempelai itu menikah pada tahun 1990. Hingga kini, dirinya sudah dikaruniai lima orang anak.
Walau begitu, di tengah kesibukannya bekerja, dirinya selalu aktif dalam kegiatan Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDl). Tidak hanya itu, Muslimin juga menjadi Ketua National Paralympic Committee (NPC) Indonesia.
***
Sebagai pebisnis, Ali Muslimin terbilang orang yang sukses. Hingga kini, pabrik snack yang dikelolanya sudah dipercaya untuk menyuplai ke berbagai daerah.
Usahanya itu, rupanya, juga tidak lepas dari adanya kegiatan sosial yang dia jalani. Sebab pernah dirinya lalai dengan kegiatan sosial itu karena sibuk dengan usahanya. Akhirnya usahanya itu sempat kolaps dan bangkrut.
Pasca menikah dengan sang istri, kegiatan sosial Muslimin di kalangan disabilitas semakin intens. Dalam setiap kali pertemuan rutin antar penyandang disabilitas, dirinya tidak pernah absen. Bahkan seringkah acara itu digelar di rumahnya.
Selain aktif di kegiatan itu, Muslimin ternyata juga seorang enterpreneur. Pengalamannya di berbagai tempat, bertemu orang dan mengikuti berbagai pelatihan, mendorongnya untuk mendirikan usaha. "Inilah yang memacu saya mendirikan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Usaha itu berwujud sebuah usaha pembuatan snack," jelasnya. Semakin lama ternyata usahanya semakin berkembang.
Pernah, saking sibuknya ngurusi bisnis, Muslimin tidak lagi banyak berkecimpung di kegiatan sosial. Tapi ternyata Tuhan memberikan cobaan pada dirinya. Setelah sukses menjalankan usahanya, nasibnya seperti dibalik begitu saja. Usaha yang sudah maju pesat dan sudah memiliki banyak pelanggan, mengalami kerugian yang sangat besar ditipu oleh orang.
"Saya kolaps. Hingga mobil dan dua rumah harus kami pakai untuk menutup lubang-lubang utang itu," paparnya.
Keterpurukan itu membuatnya sadar kembali, jika rejeki itu datangnya dari Allah. Dan bukannya hal yang sulit bagi Tuhan untuk membalik keadaan.
Atas kejadian itu Muslimin dan sang istri introspeksi diri. Akhirnya, kedua pasangan ini sepakat akan terus aktif di kegiatan sosial utamanya untuk kalangan difabel. Sejak itulah, teman-teman difabel dihubungi lagi untuk diajak berkumpul.
Sembari melakukan kegiatan sosial, Muslimin mulai menata usahanya. Hingga kini, usahanya kembali stabil. Sementara kegiatan sosialnya juga tetap jalan.
"Salah satu wujud kegiatan adalah bersama penyandang difabel lainnya membentuk kelompok penolong. Yakni membantu operasi bagi para penyandang cacat yang harus menjalani operasi," katanya.
Untuk menjalankan kegiatan sosial itu, sangat jarang kelompok tersebut meminta-minta orang lain. Namun kelompok tersebut tidak menampik adanya dermawan yang ingin jadi donatur. "Yang penting kami tidak minta-minta," katanya.
0 Response to "Pasangan Ali Muslimin dan Jamilah"
Posting Komentar