Bisnis kripik pisang Siti Saharia Mahendar yang mulai tembus dunia internasional. |
Gara-gara kripik pisang, Siti Saharia Mahindar bisa keliling luar negeri. Mulai Malaysia, Singapura sampai Tiongkok dijelajahinya. Buah dari ketekunan bisnis yang dirintisnya sejak kecil.
UD SHABRINA. Inilah nama Usaha Kecil Menengah (UKM) yang memayungi bisnis khusus oleh-oleh khas Lumajang. Bisnis ini dijalankan oleh Siti Saharia Mahendar.
Berawal dari ikut lomba, bisnis kripik tersebut akhirnya melejit pesat. Mahendar -sapaan akrabnya- pun bisa menikmati berkah ketekunannya itu.
Awal terjun ke bisnis oleh-oleh khas Lumajang bermula saat Mahendar melakukan riset kecil-kecilan pada beberapa produk olahan pisang. Saat itu, UKM yang bergerak di olahan pisang memang sedang booming di Lumajang. Maklum, kota ini dikenal sebagai sentra pisang terkenal.
Hasilnya, tidak ada yang istimewa. Bukan soal rasa, tapi lebih pada variasi selera. Dia menyebut, pisang yang dijual melulu rasa manis. "Kalau tidak manis, ya asin," katanya, mengingat kisah 2002 silam tersebut.
Lalu dia mencoba produk pisang dengan imajinasinya sendiri. Dia gabungkan rasa manis dan asin atau nano-nano. Hasilnya, produknya diterima oleh pasar. Bahkan, ketika ada lomba produk olahan di Lumajang, dia berhasil menjuarainya. " Di Provinsi juga juara sampai ke tingkat nasional," tambahnya.
Mahendar akhirnya tahu betapa manisnya bisnis ini. Pun begitu, dia tentu harus berdarah-darah. Membuka jaringan pasar dan terus melakukan inovasi terhadap produknya tersebut.
Bisnis kripik ini akhirnya dikirim ke luar negeri. Pada 2010, dia menerima penghargaan BUMN Award. Kebetulan, yang mengadakan lomba adalah Kementerian BUMN. "Sebelum Pak Dahlan, menterinya," kenangnya.
Berawal dari lomba yang disiarkan salah satu televisi, dia lalu dikontak oleh perusahaan PT Pelindo, salah satu BUMN. Waktu itu, dia diminta PT Pelindo untuk mempresentasikan produknya. Ternyata PT Pelindo tertarik. Seminggu setelah presentasi, dia diminta terbang ke Jakarta untuk ikut BUMN Award tersebut.
Ditahun yang sama, dia juga ke Sanghai, Tiongkok untuk ikut expo produk-produk hasil olahan makanan. Dia tidak sendiri dari Lumajang, bersama dengan beberapa orang dari Kota Pisang ini. Di Tingkok, dia mengaku mendapatkan banyak pengalaman. Di Negeri Bambu ini dia baru tahu bahwa pencit (mangga yang masih kecil) berharga. Dan bisa diolah menjadi manisan. Tak satu pun yang terbuang mulai dari kulit hingga peloknya. "Kalau di sini kan dibuang-buang," katanya. Ada juga buah nanas. Sampah nanas bagian tulangnya juga diolah menjadi manisan.
Terinspirasi dari itu, dia lalu mencoba kripik pisang kulit. Jadi, kripik pisang diolah dengan kulitnya. Tanpa dikupas terlebih dahulu seperti pada umumnya. Hasil test laboratorium, ternyata kulit pisang mengandung vitamin.
Ternyata bentuknya cantik. Cembung seperti mangkok setelah digoreng. Pada bagian pinggir, warnanya kehijau-hijauan. "Kita namai kripik mangkok karena bentuknya cembung," tambahnya. Produk tersebut juga diterima di pasar.
Mahendar pun kian berkibar di tingkat nasional. Dari kripik pula, dia lalu diminta oleh Dinas UKM provinsi untuk mengisi pelatihan-pelatihan. Saat ini, dia diminta untuk mengisi pelatihan-pelatihan antar provinsi.
"Insya Allah, September sudah go international," tambahnya. Rencananya, bulan depan ini dia mengisi pelatihan di Timor Leste.
Mahendar memang suka berbagi. Bahkan, dia mempunyai kelompok binaan di kaki gunung Semeru. Mereka adalah para mualaf. Mereka diberi pelatihan, peralatan, hingga akses pemasaran. “Semuanya gratis" ucapnya. Namun, dari itu ia tidak merasa rugi. Sebab itu menjadi pintu rezekinya. "The most important is work heart and pray," prinsip hidup Mahendra.
Presiden SBY saat mengunjungi UKM Burno Sari Lumajang |
Di Desa Burno, Kecamatan Senduro, kisah sukses juga ditorehkan oleh Ani. Tahun lalu, UKM miliknya dikunjungi Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan sejumlah menteri, di sela-sela lawatannya ke Lumajang, tahun lalu.
Home industri keluarga itu membuat SBY dan Ibu Ani Yudhoyono takjub. "Ini sangat membanggakan, jika seluruh UKM di tanah air seperti ini majunya, maka akan banyak lapangan kerja. Dan negeri kita akan makmur dan sejahtera," kata Presiden, mengapresiasi walau itu.
Meskipun home industry, Ani memiliki puluhan karyawan. Dia masih menggunakan pengolohan tradisional. Pisang-pisang dia kupas secara manual. Lalu dipotong-potong kecil menggunakan tenaga manusia juga.
Karya usaha Burno Sari ini banyak melibatkan masyarakat sekitar untuk dikaryakan. Sehingga, keberadaan UKM tersebut juga memberikan manfaat secara ekonomi kepada masyarakat sekitar. "Semuanya warga sini," katanya.
Produk asal Desa Burno tersebut banyak dipasarkan ke luar kota. Disamping, juga melayani pasar lokal. Omsetnya, sudah ratusan juta per bulan. Dia memberikan salah satu tipsnya kenapa usahanya bisa berkembang dan diterima pasar. Dia menyebut karena ada proses seleksi yang ketat. "Yang dijual, yang bagus-bagus saja,” pungkasnya.
0 Response to "Mereka Yang Eksis di Bisnis Oleh-Oleh Khas Lumajang"
Posting Komentar