Tradisi Ojung di Gucialit Lumajang
Masyarakat Lumajang punya tradisi unik. Untuk meminta hujan saat kemarau, mereka menggelar tradisi yang akrab disebut Ojung. Dua orang melakukan atraksi adu pukul dengan rotan. Mereka adu kuat dengan melukai lawannya.
Tradisi Oung ini salah satunya bisa dijumpai di Gucialit. Konon, tradisi ini dibawa oleh nenek moyang mereka. Biasanya digelar setahun sekali saat kemarau atau ketika perayaan tasyakuran desa. Namun, kini acara itu tak hanya digelar saat ritual meminta hujan. Tapi, sering digelar di hajatan warga.
Di Gucialit, tak hanya para orang tua yang memainkan atraksi ini. Namun juga para pemuda desa. Mereka beradu pukul dengan menggunakan rotan di arena yang telah disiapkan.
Mereka harus menaklukkan lawannya dengan menyabetkan keras-keras ujung rotan ke bagian punggung lawan. Meski harus terluka oleh sabetan rotan, mereka terlihat menikmati permainan Ini. Bahkan tak jarang mereka masih menari-nari menghi bur warga.
Tidak ada juri atau wasit dalam permainan itu. Mereka yang paling banyak menggoreskan luka di punggung lawan, dianggap yang paling hebat. Biasanya, dalam tradisi Itu, mereka yang menang mendapatkan hadiah yang diberikan oleh pihak desa atau penyelenggara. Meski demikian, saat bertanding, mereka harus sportif dan imbang. Jika salah satu dari mereka memukul 10 kali, maka lawannya juga harus membalas memukul sebanyak itu juga.
Subi, Sekretaris Desa Pakel, Kecamatan Gucialit menuturkan, tradisi Itu sudah turun-temurun. Para penduduk tidak merasakan hal Itu sebagai sebuah kekerasan. Melainkan, justru sebuah kebanggaan. Mereka yang berani tampil dianggap sebagai pemberani. “Memang ini kesenian khas di desa ini," papar Subi.
Dijelaskan, tradisi itu lestari dengan sendirinya. Bahkan, sudah mendarah daging di warga. Setiap kali digelar atraksi Ojung, pesertanya juga lumayan banyak.
Para pemuda di Gucialit juga banyak yang meminati atraksi ini. Tercatat sekitar 50 pemuda mendalami teknik Ojung. Teknik Itu tediri dari bagaimana menyerang dan bertahan. Selain sebagai tradisi meminta hujan, Ojung juga digelar saat ada hajatan. Sering kali warga yang memiliki hajatan menggelar tradisi ini. Boleh jadi, seringnya ada atraksi inilah yang membuat Ojung banyak digemari.
Masyarakat sendiri sangat menikmati atraksi setiap kali ada pagelaran Ojung, pasti banyak yang menyaksikannya. Mereka menjadikan ajang itu sebagai hiburan.
Riadi, salah seorang pemain Ojung mengutarakan, dia sangat menikmati permainan itu. Dia mengaku bangga ketika bisa memenangkan pertandingan. Banyak luka di tubuh gara-gara sabetan rotan dia anggap lumrah. "Ini biasa, Mas. Sakit sih iya, tapi nanti juga sembuh," paparnya.
Dia juga menegaskan, permainan itu tidak ada unsur magisnya. Dia juga memastikan tak ada permainan tenaga dalam atau sejenisnya. Hanya saja dibutuhkan keberanian. "Kami fair-fair saja. Gak ada sama sekali unsur magisnya," tutunya.
Dia mengatakan, semakin banyak warga yang menggelar Ojung, dirinya semakin senang. Selain bisa ikut melestarikan tradisi, dia mengaku senang bisa menghibur warga.
0 Response to "Tradisi Ojung di Gucialit Lumajang"
Posting Komentar