Sebagai pengajar, tentu harus bisa mentransfer pengetahuan pada murid. Untuk mewujudkan hal itu, Chusnul Chotimah yang setiap harinya menjadi pengajar, tahu betul kebutuhan murid.
Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMPN 1 Lumajang ini dalam pengajarannya menerapkan pengajaran yang kontekstual. Pengajaran yang tidak hanya memahami teori dari buku. Melainkan juga harus melakukan praktik. "Memang sulit pada awalnya. Namun selepas dari itu, murid akan betul-betul tahu manfaatnya," papar guru berjilbab yang akrab dipanggil Chusnul ini.
Dia mencontohkan, saat memberi pengajaran pada muridnya, misalnya materi memahami karakter tokoh dalam novel. Seorang murid diberi tugas untuk memahami karakter tokoh dalam novel dari penggalan kisah di novel itu. "Namun pasti saya usahakan mereka harus membaca novel yang sesungguhnya. Dan disitu nanti akan diulas lagi oleh murid," ujarnya.
Pemahaman itu, kata dia, membuat murid akan mencari novel dan mulai untuk membaca. Sementara setelah membaca mereka harus mempresentasikan di depan kelas. Barang siapa yang tidak menguasai materi, maka pada saat masuk kelas tidak dapat mempresentasikannya.
Sementara jika dari beberapa yang tidak memahami, otomatis akan malu. Namun Chusnul selalu memberikan kesempatan terhadap mereka yang tertinggal. Agar bisa memahami materi yang dia ajarkan.
Begitu juga saat dirinya memberikan pengajaran cara membaca berita dalam televisi. "Saat ini kan ada materi seperti itu," paparnya. Dalam materi tersebut, seorang murid harus benar-benar bias mempraktikkannya. Mereka juga disuruh mencari idola di televisi untuk kemudian dicontohkan didepan kelas.
"Itulah yang saya sebut pembelajaran konstekstual," paparnya. Pengajaran sistem itu, memungkinkan para murid menguasai panggung. Diawali dengan menghadapi kawan-kawannya di depan kelas, mereka akan terbiasa. Sehingga, jika ada even tertentu yang mengharuskan mereka tampil di atas panggung, kegugupan mereka sudah terkurangi.
Chusnul mengakui, pada awal penerapan metode tersebut banyak murid yang kurang berani. "Maklum lah, masa SMP adalah masa transisi. Dimasa itulah karakter seorang anak terbentuk," papar orang yang saat ini berumur 42 tahun itu.
Karena masa transisi itulah, seringkah dia menggugah karakter murid-muridnya. Diantaranya adalah memberikan stimulus pada anak dengan beberapa pilihan. Semisal bagi mereka yang suka menulis, Chusnul mengarahkan untuk menyukai dunia tulis-menulis.
Kemudian bagi mereka yang memiliki hobi lain, dirinya menekankan jangan pernah meninggalkan budaya membaca. Sebab membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca, orang akan mengetahui dunia luar. Dengan membaca orang akan mengetahui berbagai ilmu tentang dunia. "Sampai wahyu yang diturunkan Tuhan dalam Al-quran pun adalah perintah untuk membaca. Yakni "iqrok" yang artinya bacalah," pungkasnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Chusnul Chotimah, Terapkan Pengajaran Kontekstual"
Posting Komentar