Tersenyumlah, karena senyum adalah semangat jiwa. Inilah yang menjadi moto hidup Tita Rispita. Menurutnya, budaya tersenyum akan dapat mempererat tali persaudaraan. "Tapi jangan senyum-senyum sendiri loh, ya?,” seloroh wanita kelahiran 22 Desember 1985 ini.
Sebagai ibu kades di desa/kecamatan Rowokangkung, Tita Rispita selalu mengkampanyekan dahsyatnya efek senyuman.
Senyum khas yang selalu diajarkannya pada semua orang, membual istri dari Iwan Puji Widodo ini semakin dikenal. Senyum ini, baginya, merupakan salah satu anjuran Rasulullah. Sampai-sampai ada hadits yang menyatakan senyum adalah ibadah. "Ini yang menandakan pentingnya senyum," paparnya.
Secara implisit, anjuran Rasulullah untuk tersenyum tersebut mengandung perintah agar kita untuk tidak mudah marah, dan tidak mudah bermusuhan. Sehingga, seseorang yang mudah tersenyum, menandakan pribadi yang suka dan cinta perdamaian.
Keberhasilan akan dahsyatnya senyuman, dirasakan ibu dua anak ini, ketika mengemban amanah menjadi istri Kepala Desa. Secara otomatis, dia yang juga menjadi ketua PKK di desa yang dipimpin suaminya.
Walau terbilang umurnya masih cukup muda, namun orang tua dari Daffa Naufal Wahyu Aji, 9, dan Arya Abyyu Pranaja, 4, ini berusaha menjalankan tugasnya dengan baik.
Dalam kegiatan PKK misalnya, keberhasilan menjalankan tugas itu diraihnya dengan modal senyum kedamaian. Terbukti, antusiasme warganya semakin meningkat saat dirinya memimpin PKK di desanya. Hal itu ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah Dasa Wisma yang merupakan salah satu kegiatan PKK.
Awalnya, di desa tersebut hanya memiliki 15 Dasa Wisma. Namun kemudian dengan semangat kebersamaan yang digemborkannya melalui senyum, saat ini jumlah Dasa Wisma meningkat menjadi 45 Dasa Wisma.
"Modalnya cuma senyuman keakraban, tidak lebih," paparnya. Sehingga dengan sangat mudah ketika seseorang akrab, bisa mengajak orang lain berlomba-lomba dalam kebaikan.
Lebih dalam, senyum itu harus dimiliki seorang leader atau pemimpin. "Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mudah tersenyum pada rakyatnya," ungkapnya. Sehingga masyarakat tidak canggung jika dekat dengan seorang pemimpin.
Jika awalnya masyarakat enggan untuk menyampaikan keluhan yang berkecamuk dalam pikirannya, karena melihat pemimpinnya sumeh, menjadikan rasa canggung itu hilang. Hal itulah yang katanya merupakan kunci dalam menjadi pimpinannya.
Harapannya, budaya itu juga ditanamkan oleh seluruh pemimpin di seluruh Kabupaten Lumajang ini. Sehingga seakan tidak ada sekat antara pemimpin dan rakyatnya yang berimplikasi pada berjalannya arus demokrasi yang memang benar-benar dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Tita Rispita, Cukup dengan Senyuman"
Posting Komentar