Semeru - Dari Gie hingga Azis

Rute Pendakian Semeru

Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sampaikan sejuk embun hati
Mahameru basahi jiwaku yang kering
Mahameru sadarkan angkuhnya manusia
Puncak abadi para dewa


Pendaki mana tak tergelar mendengar reffrain lagu milik Dewa 19 itu? Pun dengan Aziz Aminudin. Dia begitu bersemangat ketika menapakkan kakinya di Pos Ranu Pane, pos pertama pendakian Gunung Semeru. Bersama dengan lima temannya, mimpi memuncaki Semeru tinggal sejengkal.

Rampung menyelesaikan administrasi yang salah satunya ikrar untuk mendaki hingga Kalimati saja, rombongan itu lalu bergegas menapaki jalan beraspal menuju jalan setepak di lereng Semeru. Lazimnya para pendaki, tawa renyah menyelengi perjalanan menanjak tersebut.

Setelah menyisir lereng, rombongan sampai di Ranu Kumbolo. Ranu tersebut merupakan salah satu daya pikat para pendaki. Di sana, para pendaki singgah, mendirikan tenda lalu beristirahat. Menunggu matahari terbit menjadi favorit para pendaki sebelum melanjutkan pendakian.

Dipimpin ketua, Amir Hermansyah, pagi itu rombongan Azis bergegas. Tanjakan terjal yang dikenal dengan sebutan Tanjakan Cinta harus mereka taklukkan lebih dulu. Selanjutnya, mereka menyisir Oro-Oro Ombo, Cemoro Kandang, Jambangan, dan sampai di Kalimati.

Menurut Amir Hermansyah, rombongannya sampai di Kalimati sekitar pukul 14.00 WIB. Ranu Kumbolo-Kalimati mereka tempuh sekitar empat jam perjalanan. Setelah mendirikan tenda, mereka bersitrirahat di kawasan tersebut.

Sekitar pukul satu dini hari, lima orang dari enam orang rombongan melanjutkan pendakian ke Puncak Mahameru. Azis masuk di antara lima orang tersebut yang berangkat ke Puncak Mahameru dini hari. Satu orang, bertugas menjaga tenda.

Namun, tidak semua pendaki menylesaikan pendakiannya ke puncak. Amir Hermansyah, terpaksa turun terlebih dahulu setelah sampai di Arcapada. Dia mengantar Abdullah, anggota rombongan yang lain karena sakit. Tiga orang lain, terdiri dari M. Sidqon, M. Sibqotullah dan Azis sendiri melanjutkan pendakian.

Lagi-lagi rombongan anak muda ini kembali tercerai berai. M. Sibqon dan M. Sibqotullah tidak kuasa melanjutkan pendakian karena medan yang berat. Mereka akhirnya memutuskan turun. Azis yang juga diajak turun menolak dan memilih melanjutkan mendaki hingga ke Puncak Mahameru.

Kelima orang itu lalu menunggu Azis turun dari puncak di Pos Kalimati. Namun, setelah hampir setengah hari ditunggu, Azis tidak pernah muncul. Sejumlah pendaki yang turun dari Puncak Mahameru juga menggelengkan kepala saat ditanya keberadaan Azis.

Memang, akhirnya nasib Azis tak setragis Soe Hok Gie yang meninggal bersama temannya di Mahameru. Anak Tegal tersebut ditemukan dengan selamat, Jumat(6/6) kemarin setelah dinyatakan hilang sejak Senin (2/6). Daya survival Azis cukup baik dan berhasil bertahan selama lima hari di lereng Semeru.

Saat hilang, Azis hanya membawa bekal satu botol air mineral 1.500 ml. Selain itu, ada biscuit wafer 350 gr, dan mie instan 1 bungkus. Terakhir, dia tercatat hanya mengenakan sweater, kaos Real Madrid, celana batik, dan sepatu futsal.

Tidak hanya Soe Hok Gie yang dinyatakan hilang dan ditemukan meninggal di Lereng Semeru. Atau hanya Azis seorang yang dilaporkan hilang dan ditemukan selamat. TNBTS melansir, sejak 1969 hingga 2012, tercatat sudah ada 55 pendaki yang dinyatakan hilang atau tersesat di Lereng Semeru.

Mereka yang dinyatakan hilang atau tersesat di Lereng Semeru lebih banyak yang tidak selamat Sebanyak 28 orang meninggal dunia. 3 orang dinyatakan hilang, dan 23 orang dinyatakan selamat dan luka-luka.

Tiga pendaki yang dinyatakan hilang adalah, Hary, warga Lamongan (1983), hilang di Lereng Semeru; Budiarto, asal Jakarta (1989), hilang di Puncak Besuk Sat: dan Daris, asal Jakarta, (2001), hilang di Puncak Semeru hingga saat ini belum ditemukan keberadaannya.

Keganasan Semeru tidak hanya dirasakan oleh warga lokal. Delapan warga asing pernah dinyatakan hilang atau tersesat di gunung yang punya kawah Jonggring Saloko tersebut. Mereka berasal dari Jerman, Israel, dan USA. Delapan pendaki tersebut ditemukan, satu orang dinyatakan meninggal. Vonderbeck warga negara Jerman meninggal di puncak Mahameru karena terkena batu pijar.

Puncak Semeru memang bukan kawasan yang bersahabat bagi para pendaki. Selain badai pasir, ancaman lain di kawasan tersebut udara beracun yang disemburkan dari kawah Jonggring Saloko. "Setiap saat bisa terjadi badai pasir," kata Pelatih SAR Lumajang, Peltu Sugiono. Udara beracun juga disebutnya sangat membahayakan bagi para pendaki.

Sebenarnya, puncak Semeru sudah lama ditutup. Namun, penutupan puncak sama sekali tidak pernah efektif. Larangan tak lebih hanya macan ompong bagi para pendaki. Di pos Ranu Pane, memang ada pengumuman pendakian hanya sampai Kalimati.

VVindi, salah satu pendaki dari Jakarta mengaku tahu tentang peraturan tersebut. Namun mendaki Semeru tanpa sampai ke Puncak baginya sia-sia saja. Sedari awal, dia mengaku ingin 'menaklukkan' gunung tersebut. "Eman kalau tidak sampai ke puncak," ucapnya.

Bahwa kawasan tersebut adalah kawasan berbahaya, dia juga mengakui. Namun, sudah bukan rahasia di kalangan pendaki bahwa larangan tersebut hanya formalitas semata. Meski TNBTS mengetahui ada pendaki yang melapaui batas aman pendakian, tidak ada tindakan tegas.

0 Response to "Semeru - Dari Gie hingga Azis"

Posting Komentar