Iku Ngunu Vario, Lampune Ndik Ngisoooor

Iku Ngunu Vario, Lampune Ndik Ngisoooor - Cong Kenek

Sudah dipinjami motor, dapat omelan, bonus marah-marah lagi. Apes benar Cong Kenek, 24, warga Tompokersan Lumajang malam itu. Semua gara-gara lampu motor.

Cerita itu berawal dari sang bos yang tiba-tiba ingin keliling kota sejenak. Gayanya mau cari angin, sumpek di kantor terus. Setelah celingak-celinguk ke halaman kantor, Mat Tasan langsung berteriak. "Motor hitam Vario ini punya siapa," katanya sambil berkacak pinggang.

"Saya Pak. Itu motor saya, ada apa bos?" sahut Cong Kenek. Dia pun langsung keluar kantor mendekat ke bosnya yang berambut gondrong itu. "Sini, mana kontaknya," kata Mat Tasan. Cong Kenek sempat keder juga. Jangan-jangan, sang bos marah gara-gara dia parkir agak sembarangan sehingga halaman kantor terlihat agak semrawut.

"Maaf bos, ada apa? Motor saya menghalangi jalan ya," kata Cong Kenek dengan nada takut. "Wis nggak usah kakean omong, ndi kontake," kata Mat Tasan.

Cong Kenek semakin ketakutan saja. Dia lantas menggerayangi saku celana jeans-nya. Agak gemetaran dia, sehingga berulang kali luput menarik kunci kontak motornya. “Iii... ini Pak Bos," katanya gelagapan.

"Tak pinjam dulunya motormu," kata Mat Tasan. Cong Kenek baru sedikit lega. Ternyata si bos nggak marah-marah karena motornya dia parkir sembarangan. Tapi, sang bos sekadar pengin jalan-jalan.

Motor pun dinyalakan oleh sang bos. Mendadak mukanya agak mbesengut. Gas motor itu ditariknya agak kencang. Tangan kirinya lantas meraba-raba bagian depan motor, persis depan speedometer. "Cong, kamu ini gimana. Motor kok nggak ada lampunya," kata Mat Tasan. Belum sempat Cong Kenek membalas ucapannya, Mat Tasan kembali ngomel-ngomel. Tangannya terus meraba-raba bagian depan spedometer vario itu.

"Ini sudah jelas mati lampunya kok nggak kamu ganti-ganti. Jangan kayak ginilah. Ini namanya nggak patuh lalu lintas. Kamu ini mestinya jadi contoh yang baik. Kantor ini bisa jatuh reputasinya kalau karyawannya sak karepe dhewe begini. Motor nggak dikasih lampu. Jangan dianggap enteng ini," oceh Mat Tasan panjang lebar.

"Ayo, besok kamu beli lampu. Kalau nggak punya uang bilang. Kalau besok tetep begini, tak potong tunjanganmu," cerocos Mat Tasan.

"Pak... pak... Lampunya...," kata Cong Kenek. "Iya, tahu aku kalau lampu motormu mati. Memang kamu ini susah diomongi kok," balas Mat Tasan.

"Bbbbukan pak. Bukan mati," balas Cong Kenek. Dia berusaha menjelaskan. Tapi, Mat Tasan terus saja nyerocos dan ngomel-ngomel.

Untung Mat Pi’i dating. Sahabat Mat Tasan itu kebetulan sedang main di kantor. Mendengar Mat Tasan ribut di halaman, dia terusik juga. "Itu lampunya belum dinyalakan San..," katanya agak keras. Dia langsung menghampiri motor Cong Kenek dan langsung menekan saklar lampu.

"Maaf pak, betul itu tadi lampunya belum bapak nyalakan... ," sahut Cong Kenek.

Mat Tasan masih juga belum sadar. Dia masih meraba-raba bagian depan speedometer yang biasanya ada lampu depannya itu. Tangannya terus mengelus-elus bagian depan motor itu. "Wis rausah mbantah kon. Lampumu iki mati. Iki lho tak cekel-cekel nggak murup. Deloken tanganku iki, deloken... Kalo murup yo padhang tanganku iki," katanya. Belum puas dia mengomeli bawahannya itu.

"Oalah Saan.. San, kamu ini bos kok goblok. Ini lho vario, lampunya ada di bawah situ bukan diatas depan speedometer. Goblok gak uwis-uwis," kata Mat Pi'i. Mat Tasan pun mulai tersadar. Dia tadi salah. Yang dia pegang itu tadi bukan tempat lampu motor. Dia pun blingsatan sendiri.

Cong Kenek dan Mat Pi'i tertawa terpingkal-pingkal melihat Mat Tasan mulai menyadari ketololannya, "Iyo yo... lampune nang ngisor jebule," katanya sambil menggaruk-garuk kepalanya.

0 Response to "Iku Ngunu Vario, Lampune Ndik Ngisoooor"

Posting Komentar