Meski kembang kempis, seluruh staf di PD Semeru tetap semangat menjalankan tugas-tugas kantor. Padahal, rata-rata aset milik BUMD tersebut (truk) juga sudah tidak layak operasi. |
Tak segagah namanya. Perusahaan Daerah (PD) Semeru bisa dibilang bernasib paling tragisdi antara perusahaan-perusahaan milik Pemerintah Kabupaten Lumajang lainnya. Paling terpuruk, paling tak berdaya.
Melihat fisik kantornya saja orang mudah menebak kalau perusahaan ini sudah tak sehat. Hanya ada tiga lokal yang masing-masing berukuran sekitar 4x6. Itupun kondisinya memprihatinkan. Dindingnya banyak yang rapuh dan reot. Beberapa di antaranya ditambal kayu untuk menutup lubang. Tak layak disebut kantor.
Ekspektasi tinggi untuk bisa menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) ternyata tidak sesuai rencana. Jangankan memikir PAD, bertahan hidup saja rasanya sulit.
Sejatinya, di awal-awal pembentukannya, PD Semeru banyak memberikan harapan. Sebagai perusahaan daerah yang paling ragil PD Semeru banyak memiliki peran karena unit usaha yang dikelolanya lumayan subur. Perusahaan ini dibentuk tahun 2004. Ketika itu, perusahaan ini memiliki kewenangan untuk mengelola wisata. Di antaranya Wisata Selokambang, Water Park di Kawasan Wonorejo Terpadu (KWT), pantai Bambang, dan beberapa lainnya.
Kewenangan mengelola wisata di Lumajang itu membuat PD Semeru rutin menyuplai pemasukan daerah yang lumayan besar. Bahkan, perbulan bisa mencapai ratusan juta. Hal itu sesuai dengan Perda nomor 4 tahun 2004 bahwa PD Semeru tugas utamanya adalah melakukan kegiatan yang menunjang perekonomiuan daerah dan berfungsi menambah sumber PAD. "Tapi, sejak tahun 2010, semua aset wisata itu pengelolaannya diambil alih Kantor Pariwisata Seni dan Budaya (Kanparsenbud)," kata Nurhadi Santoso Direktur PD Semeru, kemarin.
Bak dipenggal kakinya, kebijakan itu terang saja membuat PD Semeru tak leluasa bergerak. Pendapatan langsung drop karena aset-aset berpindah tangan. Ketika itu, sempat ada solusi, PD Semeru ikut mengelola pasir Lumajang. Namun, langkah itu harus membentur tembok. Hanya berlangsung beberapa saat saja karena terbentur perizinan. Sejak itulah, progress PD Semeru anjlok. Karyawan yang dulunya sejumlah 25 orang dikepras tersisa 16 orang. Semua pegawainya lepas dari unsur PNS.
Nurhadi mengaku saat ini pihaknya tak bisa berbuat banyak. Dia juga tak menampik banyaknya pihak yang menilai perusahaan yang dipimpinnya itu ibarat pepatah hidup segan mati tak mau.
Nurhadi sendiri sejatinya mempunyai obsesi tinggi. Dia masuk ke PD Semeru pada 2012. Padahal, sejak 2010 perusahaan ini kondisinya sudah memburuk. Bukannya dia tak tahu akan kondisi PD Semeru saat itu. Namun, ketika itu dia yakin akan mampu membawa PD Semeru kembali bisa percaya diri (PD) berjalan tegak dan berangsur menjadi perusahaan sehat.
Selain itu, banyak kalangan yang menaruh harapan kepadanya ketika itu. Tak lain karena visi Nurhadi dianggap bagus. Namun, sampai saat ini, dia mengaku masih terjerembab pada penataan internal. "Saya tetap optimis, tapi harus difahami bahwa saya masih fokus pada administrasi, membangun mindset dan membangun pasar," ungkapnya dengan nada lesu ketika ditemui Jawa Pos Radar Semeru (RaMe) di kantornya.
Melalui sejumlah aset yang dimiliki dia mengaku terus berusaha maksimal untuk kembali menggerakkan PD Semeru. Di antaranya adalah ikut masuk program Sarana Program Padi (Saprodi). PD Semeru ikut menyalurkan pupuk Petro di kawasan ladroto, Klakah dan Randuagung sesuai alokasi yang sudah ditetapkan.
Pupuk bersubsidi tersebut harus disalurkan tepat ke petani dan harus diawasi ketat. Dari pengiriman dan pengawasan itulah PD Semeru mendapat hasil dari Petrokimia Gresik. Namun, hasil pendapatan ini, kata Nurhadi, hanya cukup untuk menggaji karyawan. "Untungnya selama ini tidak ada keluhan," jelasnya.
Selain itu, Nurhadi mengaku PD Semeru masih memiliki asset perbengkelan dan percetakan. Dua tahun terakhir, dia mulai mengoptimalkan asset itu. Tapi setali tiga uang. Hasilnya masih jauh dari harapan, laun di bawah rata-rata. Hanya bisa diandalkan untuk menjadi tambal sulam dalam menggaji karyawan.
Dari pengamatan lawa Pos Radar Semeru, kendala utama adalah banyaknya alat bengkel yang rusak. Begitupun dengan percetakannya. Sehingga, kedua asset itu tak bisa dioptimalkan untuk mengumpulkan rupiah. Namun, tahun ini, PD Semeru punya tantangan baru. Sebab, Pemkab Lumajang memberikan sokongan dana Rp 500 juta. "Pengajuan bengkel dan percetakan didanai. Ini menjadi tantangan kami," tambah Nurhadi.
Angka itu akan dialokasikan Rp 200 juta untuk usaha percetakan dan Rp 300 untuk perbengkelan. Nurhadi kembali menaruh harapan agar perusahaan yang dipimpinnya ini bisa menggeliat lagi.
Menyikapi kondisi PD Semeru, Komisi C DPRD Lumajang mengaku prihatin. Ketua Komisi C DPRD Lumajang menegaskan, pihaknya akan melakukan pengawasan lebih intens. "Target kami pertengahan bulan ini akan kami kunjungi untuk melihat progress-nya," katanya.
0 Response to "Antara Titik & Koma, PD Semeru yang Kian Tertatih"
Posting Komentar