Pisang Berbalas Kambing
Kisah ini tentang pengabdian seorang santri kepada kianya. Suatu ketika, santri yang tinggal di desa ini ingin sekali mengunjungi rumah sang kiai. Ingin sowan setelah beberapa lama tak jumpa dengan kiai. Terakhir, sekitar setahun lalu dia mengunjungi rumah sang kiai.
Bukannya terlalu sibuk. Namun, sang santri malu jika ke rumah kiai dia tak membawa apa-apa. Nah, kebetulan, pohon pisang yang ada di belakang rumahnya berbuah. Si santri itupun girang bukan kepalang. Lebih-lebih ini adalah buah pertama sejak dia menanam pisang itu. "Dik, pisang Raja di belakang sudah buah. Aku sengaja meniatkan agar buah pertama ini tidak kita jual. Tapi, nanti kita bawa ke rumah kiai Sholeh ya," kata santri tersebut kepada istrinya.
Istri si santri itupun menyanggupinya. Dan, santri itupun semakin rajin merawat pisang di pojok belakang kebun rumahnya yang tak seberapa luas itu. Dia tambah pupuk, dia bersihkan pohonnya dengan rutin. Alhasil, buahnya begitu lebat dan besar. Tibalah saat panen. Pisang itu mulai menguning. "Dik, nanti siang kita ke rumah Kiai Sholeh. Ayo pakai baju yang bagus," kata si santri kepada istrinya. "Ini pisangnya sudah aku potong. Alhamdulillah, buahnya ranum sekali," lanjutnya.
Mereka berdua pun dengan riang berangkat ke rumah sang kiai. Setiba di rumah kiai, mereka disambut ramah. Kiai itu tidak kaya. Namun, dia begitu bersahaja dan teguh memegang prinsip. "Kok lama tidak ke sini," sapanya, ramah. "Inggih kiai, mohon maaf," kata si santri sambil menyodorkan setandan pisang yang dia bawa dari rumah.
Tak terasa sore menjelang. Si santri bersama istrinya itupun hendak pamit pulang. Melihat ketakziman santrinya, sang kiai lantas berbisik kepada bu nyai. "Bu, kita punya apa?" katanya kepada Bu Nyai. "Mboten wonten nopo-nopo, Kiai. Hanya tinggal seekor kambing di belakang," balas Bu Nyai. Sang kiai pun lantas menyuruh istrinya itu untuk membawa kambing itu ke depan rumah dan menyerahkannya pada santrinya itu.
Bukan main girangnya si santri. Sama sekali dia tak menyangka jika akan dioleh-olehi kambing oleh sang kiai. Hingga, terdengarlah kabar itu ke penjuru desa.
Rupanya, kabar itu juga sampai ke telinga salah seorang santri lainnya. Sebut saja namanya Hambali. Ingin dapat hadiah seperti temannya itu, dia pun berniat mengunjungi rumah sang kiai. Dua ekor kambing yang tersisa di kandang sengaja dia siapkan untuk oleh-oleh.
Di rumah kiai, seperti biasa, sambutan begitu hangat. Hidangan ala kadarnya juga disuguhkan. Kok tumben kamu ke sini Hambali," sapa sang kiai, ramah. "Inggih Kiai, saya agak repot dan hari ini kebetulan punya waktu makanya ke sini," katanya semangat. Dia serahkan dua ekor kambing itu ke kiainya. "Kalau bawa pisang saja dioleh-olehi kambing sama kiai. kalau aku bawa kambing dua pasti dikasih oleh-oleh lebih besar. Bisa-bisa seekor sapi," batinnya.
Tak sabar akan oleh-oleh yang aka dihadiahkan kepada dirinya, Hambali tak mau lama-lama di rumah kiai. Setelah basa-basinya cukup, dia pamit pulang. Sang kiai pun pamit sebentar ke belakang. Rupanya, kiai ingin memastikan oleh-oleh untuk santrinya itu. Kita punya apa Bu," ujarnya kepada Bu Nyai. "Nggak punya apa-apa kiai. Harta kita sudah habis semua, Tinggal pisang itu satu-satunya. Itupun sudah nggak lengkap setandan, sebagian sudah saya suguhkan untuk tamu-tamu kita," kata Bu Nyai. "Yowis, yang ada itu saja," katanya sambil menyuruh istrinya untuk menyiapkan oleh-oleh kepada santrinya.
Di halaman rumah, Hambali harap-harap cemas. Namun, wajahnya mendadak begitu kecut usai bersalaman dengan kiainya. "Hati-hati di jalan. Ini pisangnya dibawa. Buahnya manis sekali, masak pohon. Semoga barokah," ujar Sang Kiai sambil menyodorkan karung berisi pisang. Hambali tak bisa berkata-kata. Dia pun cepat-cepat kabur meninggalkan rumah Sang Kiai. Dia begitu dongkol.
0 Response to "Pisang Berbalas Kambing"
Posting Komentar