Nyoh, Entekno Mbako Susur-e Mbahmu Iki

Nyoh, Entekno Mbako Susur-e Mbahmu Iki

Listrik njeglek menyisakan kisah konyol bagi keluarga Cong Kenek. Gara-gara listrik mati (pas buka puasa), Cong Kenek makan 'dendeng sapi' yang rasanya guyiih tenaann...

Puasa hari kedua menjadi ujian berat bagi Cong Kenek. Pria 40 tahun asli Jember yang kos bersama kawan-kawannya di kawasan Sukodono Lumajang ini tampak loyo saat puasa.

Matanya kelihatan sutup, bodinya tampak seperti lungkrah. Padahal, semalaman Cong Kenek juga sempat sahur bersama. Bahkan, dia sempat imbuh dua kali agar saat puasa tidak kelaparan.

"Byuh, abot tenan iki," batinnya. Namun, dikuat-kuatkannya puasa hari kedua itu. Meski, saat bekerja sebagai sales obat kuat dia kerap kali istirahat karena mulutnya kering kerontang.

Kesabaran Cong Kenek membuahkan hasil. Pukul 17.00, dia masih kuat meski kondisinya semangkin loyo. Yakin puasa hari itu akan full sampai maghrib, dia bergegas pulang ke kos-kosan. "Sampek rumah pas buko," batinnya.

Sampai di kos, Mad Pi'i, Mad Tasan dan kawan-kawan sudah ongkang-ongkang kaki sambil tunggu bedug maghrib berbunyi. Sementara Cong Kenek ambil handuk dan mencoba mandi.

"Dug! Dug! Duuung!.... Allahu akbar, Allahu akbaaar..." sayup-sayup terdengar adzan maghrib. Cong Kenek dan kawan-kawan langsung bergegas menuju meja makan. Kebetulan, nenek pemilik kos yang juga tinggal di rumah itu dapat kiriman sekotak nasi dengan menu melimpah.

"Wis, ayo ndang di-maem bareng," ajak simbah pemilik kos. Tanpa dikomando, empat gerombolan si berat itu pun nyikat rame-rame. Tapi, saat asyik buka puasa... tiba-tiba listrik njeglek. Mak pet! Gelap gulita...

Nah, saat gelap inilah sifat usil Mad Pi'i muncul. Setelah nggrayahi sana sini, dia mengambil mbako susur nenek pemilik kos yang tak jauh dari meja makan. Lalu ditaruh di dalam mangkuk nasi yang tepat ada di depan Cong Kenek itu.

"Cepet, Maad... ndang di-klik-en meteran listrik-e," perintah Cong Kenek. Padahal Cong Kenek sendiri sebenarnya ingin 'memonopoli' nasi kotak itu. Apalagi lauknya ikan lengkap termasuk dendeng sapi.

Karena lapar, Cong Kenek pun tetap muluk-i nasi. Padahal teman-teman berhenti sejekan menunggu lampu nyala kembali.

"Wuik, iki daging opo kok rasane suepeettt ngene iki," teriak Cong Kenek. Dia gibras-gibras karena daging yang dicokotnya rasa kecut dan sepet.

Mak Byarrr.... Listrik pun nyala kembali. Melihat pemandangan aneh di mulut Cong Kenek, semua teman tertawa ngakak. "Oalaaah, Cong Cong.. kui lak mbakone mbah-e. Laopo kok pangan pisan," kata Mad Tasan.

"Kelakuanmu, siapa yang naruh mbako di sini. Tak kirain dendeng sapi. Lha tak pegang kok empuk-empuk" ujar Cong Kenek. "Makane, ojo kemaruk. Koyok seminggu ra tau mangan wae," ejek Mad Pi'i sambil tertawa ngakak. Petang itu, seluruh penghuni kos ikut tertawa ngekek. Termasuk simbah yang kehilangan satu mbako susur-nya.

0 Response to "Nyoh, Entekno Mbako Susur-e Mbahmu Iki"

Posting Komentar